BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haditst adalah
salah satu aspek ajaran Islam yang menempati posisi penting dalam
pandangan Islam. Al-Qur’an dan nabi dengan sunnahhnya (haditstnya) merupakan
dua hal pokok dalam ajaran Islam. Keduannya merupakan hal sentral yang menjadi
“jantung” umat Islam. Karena seluruh bangunan doktrin dan sumber
keilmuanya Islam terinspirasi dari dua hal pokok tersebut. Oleh karena itu
wajar dan logis jika bila perhatian dan aspirasi terhadap keduanya melebihi
perhatian dan aspirasi terhadap keduanya melebihi perhatian dan aspirasi
terhadap bidang yang lain .Haditst adalah sumber ajaran Islam kedua,
setelah Al-Qur’an. Dan haditst nabi Sebagai salah satu sumber ajaran Islam,
cukup banyak ayat Al-Qur’an y
ang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad, utusan Allah. Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an itu adalah surat al-Hasr 59:7.
ang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad, utusan Allah. Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an itu adalah surat al-Hasr 59:7.
Dalam mempelajari
haditst Nabi SAW, kita tidak akan pernah terpisah dengan istilah – istilah yang
berhubungan dengan ulumul hadits. Pengetahuan tentang istilah-istilah ini akan
membantu kita dalam memahami dan mempelajari ulumul haditst. Istilah dalam ilmu
haditst sangat banyak baik yang berhubungan dengan macam-macam haditst,
generasi periwayat, kegiatan periwayatan, pengutipan haditst dan pembagian
khabar individu yang dijadikan sebuah sandaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai deskripsi umum
menyangkut pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apakah istilah
yang berkaitan dengan generasi periwayat hadits?
2. Apakah istilah yang
berkaitan dengan periwayatan hadits?
3. Apakah istilah yang
berkaitan dengan banyaknya hadits yang diriwayatkan?
4. Apakah istilah yang
berkaitan dengan terdahulu masuk islam dan abadillah?
5. Apakah istilah yang
berkaitan dengan kandungan hadits: Targhib dan Tarhib, Ahkam, Irsyad?
6. Apakah istilah yang
berkaitan dengan penelusuran sumber pengutipan hadits?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
disamping tujuan normative, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan informasi dan menjadi rujukan menyangkut istilah-istilah yang sering
digunakan dalam ilmu hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Istilah yang berkaitan dengan generasi periwayat
hadits
1. Sahabat
Secara etimologi, kata
“sahabat” berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentuk plural untuk
kata صاحب (sahib) yang mempunyai arti selalu menyertai dan menemani.
Dari penjelasan tersebut, “sahabat” menurut akar katanya berarti orang yang
selalu menyertai dan menemani orang lain. Sedangkan apabila dilihat dari sudut
terminologinya, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan pengertian
“sahabat” seperti berikut:
Ahmad bin Hanbal,
Bukhari, Ibnu Shalah dan mayoritas ulama hadits menyatakan bahwa sahabat adalah
orang muslim yang pernah menyaksikan Rasulullah saw. walau hanya untuk sesaat.[1]
Namun menurut istilah ilmu hadits yang
disepakati oleh para ulama hadits, sahabat ialah orang islam yang pernah
bertemu atau melihat Nabi Muhammad saw. dan wafat dalam keadaan beragama Islam.
2. Mukhadhramin
Kata Mukhadhramin
merupakan bentuk jamak (plural) dari kata
Mukhadhram. Pengertiannya adalah orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam lalu masuk Islam akan tetapi ia tidak sempat melihat beliau Shallallahu Alaihi Wassalam. Menurut pendapat yang shahih, Mukhadhramin dimasukkan ke dalam kategori kalangan Tabi’in. Jumlah mereka ditaksir sebanyak 20 orang seperti yang dihitung oleh Imam Muslim. Akan tetapi pendapat yang tepat, bahwa jumlah mereka lebih dari itu, di antara nama mereka terdapat Abu ‘Utsman an-Nahdi dan al-Aswad bin Yazid an- Nakha’iy.[2]
Mukhadhram. Pengertiannya adalah orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam lalu masuk Islam akan tetapi ia tidak sempat melihat beliau Shallallahu Alaihi Wassalam. Menurut pendapat yang shahih, Mukhadhramin dimasukkan ke dalam kategori kalangan Tabi’in. Jumlah mereka ditaksir sebanyak 20 orang seperti yang dihitung oleh Imam Muslim. Akan tetapi pendapat yang tepat, bahwa jumlah mereka lebih dari itu, di antara nama mereka terdapat Abu ‘Utsman an-Nahdi dan al-Aswad bin Yazid an- Nakha’iy.[2]
3. Tabi’in
Tabi'in artinya
pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wassallam dan tidak mengalami masa hidup Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam. Usianya tentu saja lebih muda dari
Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam bahkan ada yang masih
anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi'in disebut juga
sebagai murid Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam.
4. Al-mutaqoddimun
Yaitu para ulama’ yang
hidup pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah yang telah menghimpun hadits-hadits Nabi
SAW. di dalam kitab 3 mereka yang mereka dapatkan melalui kunjungan langsung ke
guru-guru mereka. Diantara ulama’ Mutaqoddimun yang telah berhasil menghimpun
hadits-hadits Nabi SAW. di dalam mereka adalah :
·
Imam Ahmad Ibn Hanbal
(164 – 241H)
·
Imam Bukhori (194 – 256
H)
·
Imam Muslim (220 – 261
H)
·
Imam Al-Nasa’i (215 –
303 H)
·
Imam Abu Daud (202 –
276 H)
·
Imam Al-Tirmidzi (209 –
269 H)
·
Imam Ibn Majjah (202 –
279 H)[3]
5. Al-Mutaakhirun
Yaitu para ulama’
hadits yang hidup pada abad ke-4 Hijriah dan seterusnya. Diantara tokoh-tokoh
Muta’akhirun adalah :
·
Imam Al-Hakim (359 –
405 H)
·
Imam Al-Dar al-Quthni
(w – 385 H)
·
Imam Ibn Hibban (w –
354 H)
·
Imam al-Thabrani (w –
360H)
B.
Istilah yang berkaitan dengan periwayatan hadits
1. Tahammul wa Ada’ al-Hadits
Ulama sepakat bahwa
yang dimaksud dengan tahamul adalah “mengambil atau menerima
hadits dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu. Dalam masalah tahamul
ini sebenarnya masih terjadi perbedaan pendapat di antara para kritikus hadits,
terkait dengan anak yang masih di bawah umur (belum baligh), apakah nanti
boleh atau tidak menerima hadits, yang nantinya juga berimplikasi-seperti
diungkapkan oleh al Karmani-pada boleh dan tidaknya hadits tersebut diajarkan
kembali setelah ia mencapai umur baligh ataukah malah sebaliknya.
Ada‘ secara etimologis berarti sampai/ melaksanakan. Secara terminologis Ada‘ berarti
sebuah proses mengajarkan (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada
muridnya.
Dengan demikian, Tahammul wa Ada’ al-Hadits adalah meriwayatkan dan menyampaikan hadits kepada murid, atau proses
mereportasekan hadits setelah ia menerimanya dari seorang guru.
2. Rawi
Rawi menurut bahasa, adalah
orang yang meriwayatkan hadits dan semacamnya. Sedangkan menurut istilah yaitu
orang yang menukil, memindahkan atau menuliskan hadits dengan sanadnya
baik itu laki-laki maupun perempuan. Syarat-Syarat Rawi sebagai berikut :
·
Islam, karena itu,
hadits dari orang kafir tidak diterima.
·
Baligh, hadits dari
anak kecil di tolak
·
Adalah (sifat adil)
·
Dhobth (teliti, cerdas
dan kuat hafalannya)
3. Rijal al-Hadits
Yang dimaksud dengan
Rijal al-Hadits adalah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan sebuah hadits,
baik ia sebagai periwayat yang berkedudukan sebagai sanad maupun yang ia
sebagai mukharrij yang berkedudukan sebagai rawi yang menghimpun hadits
berkenaan dalam kitabnya.
4. Mukharrij
Kata Mukharrij
merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau istikhraj
dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik.
sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan
atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya
dari seseorang (gurunya). Di dalam suatu hadits biasanya disebutkan pada bagian
terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadits tersebut, semisal
mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim,
ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
C.
Istilah yang berkaitan dengan banyaknya hadits
yang diriwayatkan
1.
Generasi pada masa Nabi (Sahabat)
Para sahabat Nabi yang
digelari dengan al-Muktsirunfi al-Hadits atau bendaharawan
hadits, ialah para sahabat yang tergolong banyak meriwayatkan hadits, yaitu
lebih dari 1000 hadits yang diriwayatkan. Para sahabat itu ialah:
a. Abu Harairah Radhiyallahu ‘anhu (wafat 57 H)
b. Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)
c. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (wafat 93 H)
d. Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha (wafat 57 H)
e. Abdullah bin 'Abbas Radhiyallahu 'anhu (wafat 68 H)
f. Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu (wafat 74 H)
g. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu (wafat 74 H).[4]
2.
Generasi sesudah masa Nabi
a. Amir al-Mu’min fi al-Hadits
Diantara ulama hadits yang berhak menerima gelar
tersebut yaitu:
·
Syu’ban bin al-Hajjaj (w.160 H)
·
Sufyan al-Tsawriy (w.161 H)
·
Ahmad bin Hanbal (w.241 H)
·
Al-Bukhari (W.256 H)
·
Muslim (w.261 H)
·
Al-Daraquthniy (w.385 H)
b. al-Hakim
Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain Ibn Dinar (w. 162 H), Al
Laits ibn Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (w. 175
H), Imam Malik (w. 179 H), dan Imam Syafi (w. 204 H).
c. al-Hujjah
Para muhaddits yang mendapat gelar ini antara lain ialah Hisyam ibn Urwah
(w. 146 H), Abu Hudzail Muhammad ibn Al Walid (w. 149 H), dan Muhammad Abdullah
ibn Amr (w. 242 H).
d. al-Hafizh
Para muhaditsin yg mendapat gelar ini antara lain Al-Iraqi Syarafuddin
ad-Dimyathi Ibnu Hajar al-Asqalani dan Ibnu Daqiqil Id.
e. al-Muhaddits
Muhaditsin yg mendapat gelar ini antara lain Atha bin Abi Ribah {seorang
mufti masyarakat Mekah wafat 115 H} dan Imam Az-Zabidi {salah seorang ulama yg
mengikhtisharkan kitab Bukhari-Muslim.
f. al-Musnid
Al-Musnid Yakni gelar keahlian bagi orang yg meriwayatkan sanadnya baik
menguasai ilmunya maupun tidak. Al-musnid juga disebut dengan at-thalib
al-mubtadi dan ar-rawi.
D. Istilah yang berkaitan dengan terdahulu masuk
islam, abadillah, Mutaqaddimin, Muta’akhirin
a. al-Sabiqun al-Awwalun. al-Sabiqun al-Awwalun adalah orang-orang terdahulu yang pertama kali masuk/ memeluk Islam. Mereka adalah dari golongan kaum Muhajirin dan Anshar. al-Sabiqun al-Awwalun diantaranya:
·
Khadijah - Orang
pertama yang masuk Islam
·
Lubabah binti al-Harith
- Diklaim sebagai wanita pertama yang masuk Islam setelah Khadijah
·
Ali bin Abi Thalib -
Lelaki (anak-anak) pertama yang masuk Islam (umur 10 tahun)
·
Abu Bakar - Lelaki
pertama yang masuk Islam
·
Zaid bin Haritsah -
Lelaki ketiga yang masuk Islam
·
Bilal bin Ribah -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Abu Dzar Al-Ghiffari -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Abdullah bin Mas'ud -
Lelaki keenam yang masuk Islam?
·
Ammar bin Yasir -
Lelaki keenam yang masuk Islam?
·
Sumayyah binti Khayyat
- Orang ketujuh yang masuk Islam
·
Jafar bin Abi Talib -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Abdurrahman bin Auf -
Salah seorang dari delapan orang pertama yang menerima agama Islam, dua hari
setelah Abu Bakar.
·
Utsman bin Affan -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Zubair bin Awwam bin
Khuwailid - Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Thalhah bin Ubaidillah
- Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Sa'ad bin Abi Waqqas -
Salah satu orang pertama yang menerima Islam
·
Khalid bin Sa`id -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Abu Ubaidah bin
al-Jarrah - Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Khabbab bin al-Aratt -
Di antara 10 orang pertama yang masuk Islam
·
Said bin Zaid - Masuk
Islam sebelum Umar bin Khattab
·
Fatimah binti
al-Khattab - Masuk Islam sebelum Umar bin Khattab
·
Abu-Hudhayfah bin Utbah
- Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Mus`ab bin `Umair -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Hamzah bin ‘Abd
al-Muttalib - Masuk Islam pada tahun 616 M
·
Asma binti Abu Bakar -
Sekitar orang kedelapan belas yang masuk Islam
·
Aisyah binti Abu Bakar
- Orang yang kedua puluh atau keduap puluh satu yang masuk Islam
·
Umar bin Khattab -
Sekitar orang ke lima belas atau keenam belas pada tahun keempat sebelum
hijriah (617 M – 618 M)
·
Umm Salama (Hindun
binti Abi Umayyah) - Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Abdullah bin Abdul-Asad
- Termasuk yang paling awal masuk Islam
·
Sauda binti Zam'ah -
Termasuk yang paling awal masuk Islam
b. al-Abadillah
Diantara sahabat Nabi yang diberi gelaran dengan
al-abadillah, jamak dari Abdullah ada empat orang, yaitu:
·
Abdullah bin Umar bin al-Khattab (w.73 H)
·
Abdullah bin Abbas (w.68 H)
·
Abdullah bin al-Zubayr (w.68 H)
c. Mutaqaddimah
Ulama mutaqaddimin adalah para ulama’ yang hidup pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah yang
telah menghimpun hadits-hadits Nabi SAW. di dalam kitab 3 mereka yang mereka dapatkan
melalui kunjungan langsung ke guru-guru mereka.
Diantara ulama’
Mutaqaddimin yang telah berhasil menghimpun hadits-hadits Nabi SAW. di dalam
mereka adalah :
1. Imam Ahmad Ibn Hanbal (164 – 241H)
2. Imam Bukhori (194 – 256 H)
3. Imam Muslim (220 – 261 H)
4. Imam Al-Nasa’i (215 – 303 H)
5. mam Abu Daud (202 – 276 H)
6. Imam Al-Tirmidzi (209 – 269 H)
7. Imam Ibn Majjah (202 – 279 H)
d. Muta’akhirah
Ulama mutaakhirin adalah para ulama’ hadits yang hidup pada abad ke-4 Hijriah dan
seterusnya.
Diantara tokoh-tokoh
Muta’akhirun adalah :
1. Imam Al-Hakim (359 – 405 H)
2. Imam Al-Dar al-Quthni (w – 385 H)
3. Imam Ibn Hibban (w – 354 H)
4. Imam al-Thabrani (w – 360H)
E.
Istilah yang berkaitan dengan kandungan hadits
a. Berhubungan dengan bentuk hadits
1.
Hadis Qudsiy dan Hadis
Nabawi
Hadis qudsiy ialah
sesuatu yang dikhabarkan oleh Allah kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau
mimpi, yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham atau mimpi itu dengan
ungkapan atau lafal dari baginda sendiri.
2.
Hadis Qawliy, Fi’liy dan Taqririy
Hadis Qawliy adalah hadis dalam bentuk perkataan atau ucapan Nabi.
Sedangkan hadis fi’liy adalah hadis dalam bentuk perbuatan yang dikerjakan oleh
Rasulullah, yang disampaikan oleh sahabat yang sempat melihat baginda
mengerjakannya. Sementara hadis taqririy adalah hadis dalam bentuk perbuatan
sahabat yang dikerjakan di hadapan Rasulullah dan baginda tidak melarangnya,
yang disampaikan oleh sahabat yang melihat atau yang mengalami kejadian itu.
b. Berhubungan dengan kandungan hadits
·
Hadis Targib wa al-Tarhib.
Hadis targib dan tarhib, yaitu hadis
yang berkaitan dengan masalah keutamaan amal, member kabar gembira untuk
melakukan berbagai macam amal dan menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang terlarang.
·
Hadis Ahkam wa
al-Irsyad
Hadis ahkam dan irsyad, yaitu hadis yang berkaitan
dengan masalah hukum atau fikih, yang memberi petunjuk bahwa hal yang
sepatutnya dilaksanakan dalam berbagai ibadah, muamalah, termasuk jual-beli dan
yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.
F.
Istilah yang berkaitan dengan penelusuran sumber
pengutipan hadits
a. Takhrij al-Hadits
Istilah tkhrij al-hadits mengandung dua
pengertian, yaitu:
·
Kegiatan penelusuran
atau pencarian suatu hadits kepada kitab asalnya atau kitab-kitab yang
tergolong muktabar
·
Kegiatan pengkajian
kualitas sanad dan matan suatu hadits, kemudian menuliskan dalam suatu kitab
oleh para pengkajinya.
b. Akhrajuhu
Istilah akhrajuhu, merupakan suatu ungkapan yang menunjukkan bahwa, hadits
bersangkutan telah diriwayatkan oleh periwayatnya bersama dengan sanad hadits
itu sendiri.
c. Akhrajahu al-Sab’ah
Istilah ini umumnya mengiringi matan dari suatu Hadits.
Hal tersebut berarti bahwa Hadits yang disebutkan terdahulu diriwayatkan oleh
tujuh Ulama’ atau Perawi Hadits, yaitu Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, dan Ibn Majjah.
d. Akhrajahu al-sittah
Maksud Istilah ini adalah bahwa matan Hadits yang
disebutkan dengannya adalah diriwayatkan oleh enam orang perawi Hadits, yaitu:
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, dan Ibn Majjah.
e. Akhrajahu al-khamsah atau disebut juga Akhrajahu al-Arba’ah wa Ahmad
Maksudnya adalah matan Hadits yang disebutkan bersamanya
diriwayatkan oleh lima orang Imam Hadits, yaitu: Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, dan Ibn Majjah.
f. Akhrajahu al-Arba’ah atau Akhrajahu Ahsab al-Sunan
Bahwa matan Hadits yang disebutkan dengannya diriwayatkan
oleh empat orang Imam Hadits, yaitu penyusunan kitab-kitab sunan, yang terdiri
atas: Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i, Ibn Majjah.
g. Akhrajahu al-Tsalatsah
Maksudnya, adalah bahwa matan Hadits yang disebutkan
besertanya diriwayatkan oleh tiga orang imam Hadits, yaitu: Abu Daud,
Al-Tirmidzi, Al-Nasa’i.
h. Muttafaq ‘Alaihi. Maksudnya, bahwa matan Hadits tersebut
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan ketentuan bahwa sanad terakhirnya,
yaitu di tingkat Sahabat, bertemu. Perbedaannya dengan Al-Bukhari wa
Muslim adalah, bahwa yang disebut terakhir, matan Haditsnya
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi sanad-nya berbeda pada
tingkatan sahabat, yaitu di tingkat sahabat kedua sanad tersebut
tidak bertemu. Istilah yang terakhir ini sama dengan Rawahu
Al-Syaykhan, Akhrajahu Al-Syaykhan, atau Rawahu Bukhari Wa Muslim.
i.
Akhrajahu al-Jama’ah.
Maksudnya, bahwa matan Hadits tersebut diriwayatkan oleh jemaah ahli Hadits.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang merupan inti pokok dari
makalah ini, bahwa dalam kajian ilmu hadis digunakan istilah-istilah yang
merupan symbol penamaan dari kajian ilmu hadis tersendiri. Adapun
istilah-istilah yang dimaksud yaitu:
1.
Istilah yang berkaitan dengan generasi periwayat
hadits yang meliputi:
a. Sahabat
b. Mukhadhramin
c. Tabiin
d. Al-Mutaqaddimun
e. Al-Mutakhirun
2.
Istilah yang berkaitan dengan periwayatan hadits
a. Tahammul wa Ada’
al-Hadits
b. Rawi
c. Rijal al-Hadits
d. Mukharrij
3.
Istilah yang berkaitan dengan banyaknya hadits
yang diriwayatkan
a. Generasi pada
masa Nabi (Sahabat)
b. Generasi sesudah masa Nabi
4.
Istilah yang berkaitan dengan terdahulu masuk
islam,abadillah, Mutaqaddimin, Muta’akhirin
a. al-Sabiqun al-Awwalun
b. al-Abadillah
c. Mutaqaddimah
d. Muta’akhirah
5.
Istilah yang berkaitan dengan kandungan hadits
a. Berhubungan dengan bentuk hadits
b. Berhubungan dengan kandungan hadits
6.
Istilah yang berkaitan dengan penelusuran sumber
pengutipan hadits
§ Takhrij al-Hadits
§ Akhrajuhu
§ Akhrajahu al-Sab’ah
§ Akhrajahu al-sittah
§ Akhrajahu al-khamsah atau disebut juga Akhrajahu al-Arba’ah wa
Ahmad
§ Akhrajahu al-Arba’ah
atau Akhrajahu Ahsab al-Sunan
§ Akhrajahu al-Tsalatsah
§ Muttafaq ‘Alaihi
§ Akhrajahu al-Jama’ah
B.
Saran
Makalah ini masih
terbatas untuk dijadkan landasan kajian ilmu, olehnya itu, kepada para pembaca
agar melihat referensi lain yang terkait dengan pembahasan makalah ini sebagai
bahan konparasi demi relevansi kajian ilmu hadis yang valid.
Sekali lagi, masukan dari pembaca, baik berupa
saran ataupun kritikannya dengan hati yang lapang, tang yang terbuka kami
terima tentunya yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bernilai guna
dan bernilai ibadah di sisi Rab semesta alam.
Daftar Pustaka
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh al-Bukhari (Kairo: Dar ar-Raiyan, 1988), jil.
VII,
Ali bin Ahmad vin Hazm, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, tth.)
, jil. II,
Ahmad Bukhari Muslim, Struktur Hadis : Sanad, Matan Dan
Mukharrij, http://santri-ppmu.blogspot.com/2011/03/struktur-hadis-sanad-matan-dan.html. Kamis 28 Maret 2013.
DR.H.M. Arief Halim, MA.,Ikhtisar
Ilmu Hadis, Makassar:Program Pasca Sarjan Universitas Muslim Indonesia,2010
[1] Ibnu Hajar
al-Asqalani, Fath al-Bari bi
Syarh al-Bukhari (Kairo: Dar
ar-Raiyan, 1988), jil. VII, h. 5.
[2] Ali bin Ahmad
vin Hazm, al-Ihkam fi Ushul
al-Ahkam (Beirut: Dar Kutub
al-Ilmiyyah, tth.) , jil. II, h. 86.
[3] ]Odjat,UlumulHadis,http://salehon.blogspot.com/2010/10/ulumulhadits.html.Makassar 28 Maret 2013.
[4]
Ahmad Bukhari Muslim, Struktur Hadis : Sanad, Matan Dan Mukharrij, http://santri-ppmu.blogspot.com/2011/03/struktur-hadis-sanad-matan-dan.html.
Kamis 28 Maret 2013.
[5] DR.H.M. Arief
Halim, MA.,Ikhtisar Ilmu Hadis, (Makassar:Program Pasca Sarjan
Universitas Muslim Indonesia,2010), h.111
[6] Ibid,,, hal.
117
0 comments