Motivasi dalam Belajar Agama

KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan  limpahan karunia  yang tidak terhingga  sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan  dengan baik selawat dan salam kepada janjungan alam nabi besar Muhammad Saw. pembawa  risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia  didunia dan diakhirat.
Makalah ini mengkaji “Motivasi Dalam Belajar Agama”. Kami sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermasyarakat bagi para pembaca khususnya mahasiswa. Semoga juga menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada dasarnya motivasi adalah usaha yang di dasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga  mencapai hasil atau tujuan tertentu.  Sehingga motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.  Belajar  merupakan  perubahan  tingkah laku  secarrelativ  permanen  dan  secara  potensional terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Motivasi Dalam Belajar Agama.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Motivasi ?
2.      Bagaimana Pengklasifikasian Motivasi ?
3.      BagaimanaMotivasi dalam Belajar Agama ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui Pengertian Motivasi
2.      Mengetahui Pengklasifikasian Motivasi
3.      Mengetahui Motivasi dalam Belajar Agama



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi
Pada dasarnya motivasi adalah usaha yang di dasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga  mencapai hasil atau tujuan tertentu.  Sehingga motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.  Belajar  merupakan  perubahan  tingkah laku  secarrelativ  permanen  dan  secara  potensional terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor interinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.

B.     Pengklasifikasian Motivasi
Motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Adanya cita-cita dan kemampuan dalam belajar
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyak kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. Implikasinya dapat terlihat dalam proses pembelajaran, misalnya seseorang yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat untuk sungguh- sungguh  belajar,  bahkan  untuk  mengguasai  lebih sempurna mata pelajaran yang berhubungan dengan kepentingan untuk menjadi dokter.
Kemampuan pembelajaran juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Seperti dapat dipahami bersama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Karena seseorang yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda di bidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainya. Kemampuan pembelajaran juga demikian, korelasinya dengan motivasi akan terlihat ketika si pembelajar mengetahui bahwa kemampuanya di bidang tersebut.
b.      Kondisi siswa dan lingkunganya
Kondisi pembelajaran juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat terlihat dari kondisi fosik maupun kondisi psikis pembelajar. Pada kondisi  fisik,  hubunganya  dengan  motivasi  dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka akan cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar. Sementara jika fisik sehat dan segar maka memiliki motivasi yang tinggi.
Kondisi lingkungan pembelajaran sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi, dapat diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar. Misalnya, lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu, juga lingkungan sosial juga berpengaruh , hal ini dapat diamati dari lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.
c.       Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Dalam kenyataanya, motivasi belajar kadang kala naik begitu pesat tetapi kadang juga turun secara dratis.karena itu perlu adanya upaya guru dalam meningkatkan motivasi     belajar siswa seperti mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam mempelajarkan pembelajaran sehingga mempengaruhi tumbuhnya motivasi belajar siswa. Sedangkan pengertian motivasi menurut pakar psikologi mendifinisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Jadi dalam bahasa sederhananya motivasi adalah sesutu yang menyebabkan kita melangkah, membuat kita melangkah,  dan menentukan  kita akan melangkah.[2] ketika si pembelajar mengetahui bahwa kemampuanya di bidang tersebut.
C.    Motivasi dalam Belajar Agama
Dalam belajar agama, motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik
 Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri, untuk melakukan sesuatu. Seperti  seorang peserta didik yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tetapi bisa jadi telah menjadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik ini memiliki pengaruh yang lebih efektif karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Meskipun demikian, ketika motif intrinsik tidak cukup potensial pada peserta didik, maka pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik.[3]
Menurut Arden N. Frandsen, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a.       Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.       Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalnya orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.


2.      Motivasi Ekstrinsik.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian peserta didik mau melakukan sesuatu atau belajar.
Motivasi ekstrinsik ini mutlak diperlukan bagi peserta didik yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Di sini peran dari orang tua, guru, masyarakat serta lingkungan sekitar peserta didik harus memberi respons yang positif bagi peserta didik, sebab jika tidak akan mempengaruhi semangat belajar peserta didik menjadi lemah. Adapun yang termasuk ke dalam motivasi ekstrinsik adalah pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.[4]
Namun demikian, biasanya motivasi ekstrinsik ini tidak bertahan lama, sebab bila umpan-umpan untuk memotivasi masih menarik, maka kegiatan masih tetap berjalan, namun tidak selamanya seorang guru –dan juga orang tua maupun lingkunngan sekitarnya– mampu terus mengumpan peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itulah meskipun telah digunakan beberapa metode dalam mengajar masih ada anak yang belum mampu mengikuti proses belajar secara maksimal.
Dari sini dapat dipahami bahwa kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
Dalam perspektif kognitif, dari kedua jenis motivasi tersebut di atas, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, misalnya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan “keharusan” dari orang tua dan guru.[5]
Sedemikian pentingnya motivasi dalam proses belajar, maka seorang guru/pendidik semaksimal mungkin “harus” berusaha menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Namun demikian, sebenarnya –dalam proses pembelajaran– meningkatkan motivasi belajar tidak hanya melibatkan guru/pendidik saja.
Hal ini mengingat bahwa menumbuhkan/meningkatkan motivasi belajar harus melibatkan pihak-pihak sebagai berikut:
1.      Peserta didik
Peserta didik bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan.  Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri peserta didik untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2.      Guru
Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar peserta didik lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan reinforcement atau menggiatkan peserta didik dalam belajar. Usaha-usaha yang dapat digunakan dalam reinforcement adalah :
a.       Mengemukakan pertanyaan
b.      Memberikan perhatian
c.       Memberi hadiah
d.      Memberi hukuman/sanksi
Di sini, kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para peserta didiknya. Sehingga peserta didik akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi. 
3.      Orang tua dan lingkungan
Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar peserta didik, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain.[6]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Motivasi adalah usaha yang di dasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga  mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi siswa dapat digolongkan antara lain sebagai berikut:
a.       Adanya cita-cita dan kemampuan dalam belajar
b.      Kondisi siswa dan lingkunganya
c.       Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Menumbuhkan/meningkatkan motivasi belajar harus melibatkan pihak-pihak sebagai berikut:
a.       Peserta didik
b.      Guru
c.       Orang tua dan lingkungan

B.     Penutup
Demikian makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Marianto samosir, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Indeks, 2011
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Lihat “Motivasi Belajar” dalam http://areev.blogdrive.com/comments?id=193




[1] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 23.
[2] Marianto samosir, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: PT Indeks, 2011), hlm. 99.
[3] Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,(Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007), hlm. 23
[4] Ibid,,,
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 137 
[6] Lihat “Motivasi Belajar” dalam http://areev.blogdrive.com/comments?id=193

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email