KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan karunia yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini
terselesaikan dengan baik, shalawat dan
salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa risalah Allah swt mengandung pedoman hidup
yang terang bagi umat manusia didunia
dan diakhirat.
Makalah
ini mengkaji tentang “Jumlah Fi’liyah”. Saya sadar bahwa penyusun
makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal yang baik dan
diterima disisi Allah SWT. Amiin.
Sigli,
17 Oktober 2015
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ........ ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Pengertian jumlah fi’liyah........................................................................ 3
B. Pembagian fi’liah dilihat dari waktunya.................................................. 4
C. Contoh-contoh Jumlah Fi’liyah............................................................... 8
D. Pengertian Fa’il........................................................................................ 9
E. Pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya dengan jumlah
fi’liyah............... 10
BAB III : PENUTUP.............................................................................................. 12
A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam
bahasa yang digunakan dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab,
bahasa Inggris, Melayu, Bugis, Mandar, dan sebagainnya. Namun sebagai penganut
agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami bahasa Arab baik
subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan
berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar
bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan
dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad
yang diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring
dengan disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa
Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.[1]
Salah satu cara praktis dan penting untuk mendalami bahasa Arab
adalah melalui Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang didalamnya mempelajari
beberapa aspek terpenting seperti isim, fi’liyah, huruf yang
membuat manshub, huruf yang membuat majzum dan sebagainya.
Setiap yang memahami ilmu ini sangatlah mudah untuk mengenal bahasa Arab baik
membaca, memahami, menerjemahkan dan berkomunikasi.
Merujuk dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik yaitujumlah
fi’liyah dan yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu, fi’il, fa’il dan na’ib
al-fa’il, inilah yang akan dibahas dalam makalah ini karna pembahasan ini
merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui bahasa Arab.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah
masalah pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam
penguasaan bahasa Arab. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap
perlu adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah
ini yaitu:
1. Apa pengertian jumlah fi’liyah?
2. Bagaimana pembagian fi’liyah dilihat dari waktunya?
3. Apa pengertian fa’il dan kaitannya dengan jumlah
fi’liyah?
4. Apa pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya dengan jumlah
fi’liyah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian jumlah fi’liyah.
2. Untuk mengetahui pembagian fi’liah dilihat dari waktunya.
3. Untuk mengetahui pengertian fa’il dan kaitannya
dengan jumlah fi’liyah.
4. Untuk mengetahui pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya
dengan jumlah fi’liyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Jumlah Fi’liyah
Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan definisi fi’il di
dalam buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama
lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan
ta’rif populer menurut al-Zamakhsyari dalam Azhar Arsyad sebagai
berikut: Fi’il adalah perbuatan yang menunjukkan suatu
peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang
dikandung fi’il merupakan tugas morfologis.
Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fi’il.[2]
Sebenarnya ciri fi’il dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam
Azhar Arsyad, sebagi berikut:
1.
Tidak menerima
huruf jar, tanwin, nida, dan, alif lam.
2.
Khusus fiil mādi> bisa
diakhiri ta dzamir dan ta ta’nis| sakinah.
3.
Fi’il Mudhari’ dan Amr bisa diakhiri dengan nun
taukid dan ya muannas mukhatabah.
4.
Fiil Madhi dan Mudhari’ boleh diikuti kata
andaian syarat.
5.
Khusus fiil Mudhari’ selalu
diawali dengan انيت
Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan
kalimah fi’il terdiri dari fi’il(kata kerja)
dan fa’il (pelaku). Fa’il (subjek) adalah
isim yang terletak setelah fi’il ma’lum(kata kerja
aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentukmuannas (feminine),
maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila
berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus
tetap mufrod (tunggal).
ضَرَبَ زَيْدّ كَلْبًا
Artinyanya: zaid telah memukul anjing
Perhatikanlah, jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ضرب yakni fi’il
mādzi Oleh
karena itu, jumlah di atas disebut
jumlah fi’liyyah.
B.
Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya
1. Fi’il Madhi
مَادَلَّ
عَلىَ حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu.[3]
Contoh:
كتب ; Telah menulis فتح ; Telah membuka
قرأ ; Telah membaca جلس ; Telah duduk
Pembagian Fi’il Madhi terbagi kepada dua
bagian;
a). Madhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
كتب ; Telah menulis فتح ; Telah membuka
سأ
ل ; Telah bertanya شرب ; Telah minum
قرأ ; Telah membaca فهم ; Telah faham
b). Madhi Majhul (bentuk Pasif), contoh:
كُتِبَ ; Telah ditulis فتح ; Telah dibuka
سءل ; Telah ditanya شرب ; Telah diminum
قرأ ; Telah dibaca فهم ; Telah difaham
Keterangan
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;
·
Madhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.
·
Madhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dzammah sedang huruf sebelum
akhirnya berbaris kasrah
·
Fi’il Madhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan “telah me…”, sedangkan fi’il
Madhi Majhul hendaklah diterjemahkan “telah di…”
Adakalanya
kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling banyak
terdiri dari enam huruf.[4]
a. Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:
فَعَلَ كفر نصر ضرب
فَعِلَ علم شهد فهم
فَعُلَ بعد كرم حرم
b. Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:
فَعَّلَ سلم علم نزل
أَفْعَلَ أنزل أسلم أرسل
فَاعَلَ قا
تل خا
صم سا
فر
c. Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:
انْفَعَلَ انقطع انطلق انقلب
اِفْتَعَلَ اجتنب اجتمع اقترب
نَفَعَّلَ تقدم تأ
خر تعلم
تَفَا
عَلَ تجا
هل تسا
هل تسا
قط
d. Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:
اِسْتَفْعَلَ استخرج استغفر استحوذ
2. Fi’il Mudhari’
مَادَلَّ عَلَى حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ وَالْإِسْتِقْبَالَ
“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang
sedang berlangsung dan yang akan datang”, contoh;
يكتب ; Akan /Sedang menulis
يفتح ; Akan / Sedang embuka
يجلس ;
Akan / Sedang duduk
يشرب ;
Akan / Sedang minum
Tanda-tanda Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ pasti di awali oleh salah satu huruf di
bawah ini, yaitu;
ا - ن - ي - ت dan
disingkat; اَنَبْتُ yang biasa disebut huruf Mudhara’ah, contoh:
أَكْتُبُ - نَكْتُبُ - يَكْتُبُ - تَكْتُبُ
Pembagian Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ terbagi kepada
dua bagian:
a. Fi’il Mudhari’ Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
يكتب ; Akan / Sedang menulis
يفتح ; Akan / Sedang membuka
ينظر ; Akan / Sedang melihat
يظلم ; Akan / Sedang zhalim
b. Fi’il Mudhari’ Majhul (bentuk fasif), contoh:
يكتب ; Akan / Sedang ditulis
يفتح ; Akan / Sedang dibuka
ينظر ; Akan / Sedang dilihat
يظلم ; Akan / Sedang dizhalim
Keterangan:
Perbedaan Mudhari’ Ma’lum dan Mudhari’ Majhul ialah;
·
Huruf Mudhara’ah dalam Mudhari’ Ma’lum
hendaklah berbaris fathah. Sedangkan dalam Mudhari’
Majhul hendaklah berbaris Dzammah, sementara huruf sebelum
akhirnya berbaris fathah.
·
Fi’il
Mudhari’ Ma’lum hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me”, sedangkan fi’il
Mudhari’ Majhul hendaklah diterjemahkan “akan/sedang di…
Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf al-As|ary menerangkan bahwa Fi’il Mudhari’adalah
kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang akan datang. Fi’il Mudhari’merupakan
perubahan dari Fi;il Madhi adapun perubahanya yang harus
dihapal dan adapula yang harus diketahui dengan melihat kamus.
Ciri-ciri Fi;il Mudhari’;
a. Biasa di masuki huruf (سَ) dan سَوْفَ contoh سَوْفَيَشْهَدُ,سَيَشْهَدُ
b. Memiliki ciri huruf yang menjadi ciri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya,
dan Ta(أنت)
ا أذهب
ن نذهب
ي يذهبون يذهبا
ن يذهب
ت تذهبين تذهبين تذهب
c. Fi’il Mudhari’ dapat dimasuki
huruf لا bermakna tidak contoh;
لاَيَشْهَدُ لاَيَظْرِبُ لاَيَاْكُلُ
3. الفعل الأمر (Fi’il Amr)
Fi’il Amr adalah kata keja dalam
bentuk perintah, contoh;
اكتب ; Tulislah افتح ; Bukalah
اقرأ ; Bacalah اجلس ; Duduklah
Rincian Fi’il Amr
افعلوا افعلا افعل
Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah
Oleh
kamu Olehmu Olehmu
(L)
Sekalian
(L)
Berdua (L)
افعلن افعلا افعلي
Lakukanlah Lakukanlah Lakukanlah
Oleh
kamu Olehmu Olehmu
(P)
Sekalian (P) Berdua
(P)
Dari
uraian di atas, penulis merincikan contoh-contoh ketiga Fi’il (فعل) itu
adalah sebagai berikut;
معنا ه
|
فعل أمر
|
فعل مظا رع
|
فعل ما ض
|
Menulis
|
اكتب
|
يكتب
|
كتب
|
Mengajar
|
علم
|
يعلم
|
علم
|
Memuliakan
|
أكرم
|
يكرم
|
أكرم
|
Berpindah
|
انتقل
|
ينتقل
|
انتقل
|
Meminta
ampun
|
استغفر
|
يستغفر
|
استغفر
|
فعل dapat
diketahui, antara lain, dengan tanda-tanda dimasuki atau didahului oleh قد , س ,
dan سوف ,
disamping dapat diketahui dari maknanya.[5]
Disamping pengertian di atas,Fi’il Amr mempunyai arti sebagai kata
kerja perintah untuk orang ke-2 laki-laki / orang ke-2 perempuan.
Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr
a.
Dari Fi’il
Mudhari’
b.
Dibuang ya mudza>ri-nya
(yaitu yang di awal fi’il Mudhari’)
c.
Huruf akhirnya disukun
d.
Apabila setelah
dibuang ya Mudhari’-nya ternyata huruf awalnya (_ْ_) maka ditambah
dengan Hamzah Wasal ( ا ) yang berkasrah yang tidak perlu
ditulis harakat kasrahnya.
Contoh;
اذْهَبْ
(Contoh yang
benar)
يَذْهَبُ ذْهَبُ ذْهَبْ اْذهَبْ
C.
Contoh-contoh jumlah fi’liyah
1. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata
kerja bentuk lampau (fiil madi)
• جَعَلَتْ هذِهِ
الْوَسَائِلُ الْعَالَمَ قَرْيَةً صَغِيْرَةً
• قَدْ تَقَدَّمَتْ
وَسَائِلُ السَّفَرِ
• ذَهَبَ
التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
• صَلَّى
الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
2. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja
bentuk sekarang (fiil mudhari’)
• يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ
الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
• يَسْتَخْدِمُ النَّاسُ
الْحَيَوَانَاتِ فِى نَقْلِ بَضَائِعِهِمْ
• سَيُغَادِرُ
الْقِطَارُ الْأَوَّلُ الْمَحَطَّةَ بَعْدَ السَّاعَةِ وَالنِّصْفِ
• يُرِيْدُ
الْمُسَافِرُ اَنْ يَرْكَبَ الْقِطَارَ
• يَكْتُبُ
التَّلاَمِيْذُ الدَّرْسَ
3. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata
kerja perintah (fi’il amr)
• اِحْتَرِمْ وَالِدَكَ
• شَاهِدُوْا أَيُّهَا
الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ مِنْ خِلاَلِ النَّافِذَةِ
• قُوْا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
• اِذْهَبَا
أَيُّهَا التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ صَبَاحًا
Karakteristik Jumlah Fi’liyah:
1. Dalam Jumlah Fi'liyah, fa'il (subjek) terletak setelah fi’il (kata kerja).
2. Kadang subjek jumlah fi’liyah jelas (zahir), kadang tersembunyi (mudmar). Mudmar
kadang-kadang wajib, kadang-kadang jaiz (boleh).
• أَرْكَبُ
السَّيَّارَةَ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
• تُسَافِرُ إِلَى
جَاكَرْتَا بِالطَّائِرَةِ
• اِذْهَبْ
إِلَى الْمَسْجِدِ
• يَشْتَرِى
الْمُسَافِرُ تَذْكِرَةً إِلَى سُرَابَايَا ثُمَّ يَرْكَبُ الْقِطَارَ
3. Jumlah Fi’liyah dengan pelaku orang ketiga (gaib), kata kerjanya tetap
tunggal walaupun pelakunya lebih dari satu.
• ذَهَبَ
التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
• صَلَّى
الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
• يُشَاهِدُ
الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
• يَكْتُبُ
التِّلْمِيْذَانِ الدَّرْسَ
• تَعَلَّمَتْ
اَلطَّالِبَاتُ فِى الْفَصْلِ
• اِحْتَرَمَتْ
اَلنِّسَاءُ زَوْجَهُنَّ
D.
Pengertian Fa’il
Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan
kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’. Sedangkan
menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa’il mengartikan fa’il menurut
istilah adalah isim marfu’ yangfi’ilnya disebutkan
sebelumnya. Di antara kaidah fa’il, sebagai berikut:
1. Fa’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang mabni, atau masdar
muawwal. Contoh:
تبارك الله
آمنت بالله
فازالذي اجتهد
يجوز أن يتزوج
2. Ism fa’il itu marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf
jar. Contoh:
قد أفلح
المؤمنون
كفى بالله
شهيدا
ما جاء من
أحد
E.
Pengertian Na’ib al-fa’il
Na’ib al-fa’il ialah Isim marfu’ yang tidak
disebutkan fa’ilnya. Dalam suatujumlah (kalimat)
seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan
maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya
menggunakan fi’il (predikat) dannaibul fa’il (pengganti fa’il).
Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas
diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya.
Adapun fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat)
pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:
فـإن كان
الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didzammahkan dan
huruf sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudzari’ maka
huruf yang pertama didzammahkan dan difathahkan hurufnya
sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf
pertamanya dan dikasrahkanhuruf sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل
الكافرون
قُرِأت
الرسالة
كُتِبت
الرسائل
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka
huruf yang kedua didzammahkan seperti halnya ta’.
Misalnya:
تسلمت سعاد
الجائزة : تُسُلِّمت الجائزةُ
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut
diubah menjadi ya’ dan huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan.
Misalnya:
قال محمد
الحق : قِيل الحقّ
Kemudian contoh fi’il mudzari’ yang huruf pertamanya didzammahkan dan
huruf yang sebelum akhir difathahkan adalah:
يفتح محمد
الباب
: يُفتَح الباب
يقتل
المسلمون الكافرين : يُقتَل الكافرون
تقرأ عائشة
الرسالة : تُقرَأ
الرسالة
يكتب محمد
الرسائل : تُكتَب الرسائل
Jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya’ atau wawu maka
huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:
يبيع الفلاح
القطن :
يبَاع القطن
يصوم
المسلمون رمضان : يصَام رمضان
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Fi’il adalah (kata)
yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya.
Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugasmorfologis.
Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil. Sedangkan Jumlah Fi’liyah adalah
jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il(kata
kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah
isim yang terletak setelah fi’ilma’lum (kata kerja aktif) dan
berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
2. fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan
kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’.
3. Na’ib al-fa’il ialah Isim marfu’ yang tidak
disebutkan fa’ilnya.
B.
Saran
1. Diharapkan mahasiswa mengetahui secara teoritis tentang jumlah Fi’liyyah dan
mampu menerapkan dikalangan masyarakat
2. Sehubungan minimnya refrensi bahasa arab, maka penulis mengharapkan adanya
penambahan buku-buku bahasa arab khususnya yang diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Ilmu
Nahwu. Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992.
Arsyad, Azhar. Bahasa
Arab dan Metode Pengajaranya. Cet. I; Makassar: Pustaka Pelajar,
2003.
A.zakaria. Ilmu
Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam. Cet. I; Terogong Garut:
Ibn Aska Press, 2004.
Fahmi, Ah.Akrom. Ilmu
Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab Praktis dan Aplikatif).Ed. I, Cet. I;
Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999.
My.opera.com/..Jumlah-Filiyah.
downlod senin, 10 Oktober 2011.
Saifulloh, Al Aziz
Senali Muhammad. Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu. PT. Terbit
Terang, Surabaya: 2005.
Thib Raya, Ahmad,
Mulia Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab. Cet. III;Ujungpandang:
Paradotama Wiragemilang, 1999 .
Yusuf, Abu
Hamzah. Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. I; Bandung:
Pustaka adhwa, 2007 .
[1] Muhammad SaifullohAl
Aziz senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang
Surabaya, 2005), h. 3.
[2] Azhar Arsyad, Bahasa
Arab dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Pustaka Pelajar Makassar,
2003), h. 96.
[4] Abu Hamzah Yusuf, Pengantar
Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa,
2007 ), h. 37.
[5] Ahmad Thib
Raya, dan Musdah Mulia, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, (Cet. III;Ujungpandang:
Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43.
0 comments