Mkalah umlah fi’liyah.




KATA PENGANTAR

 


           

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan  limpahan karunia  yang tidak terhingga  sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan  dengan baik, shalawat dan salam kepada janjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. pembawa  risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia  didunia dan diakhirat.
Makalah ini mengkaji tentang “Jumlah Fi’liyah”. Saya sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa/i. Semoga juga menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.





Sigli, 17 Oktober 2015


  

                                                                                     

DAFTAR ISI
  Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................         i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ........ ii

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.     Tujuan Pembahasan................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.    Pengertian jumlah fi’liyah........................................................................ 3
B.     Pembagian fi’liah dilihat dari waktunya.................................................. 4
C.     Contoh-contoh Jumlah Fi’liyah............................................................... 8
D.    Pengertian Fa’il........................................................................................ 9
E.     Pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah............... 10

BAB III : PENUTUP.............................................................................................. 12
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 12
B.     Saran........................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 13






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Umat Islam secara umum sangatlah penting untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Indonesia sangat kaya dan beragam bahasa yang digunakan dalam berbicara meliputi: bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, Melayu, Bugis, Mandar, dan sebagainnya. Namun sebagai penganut agama Islam sangat penting membaca, mengetahui dan memahami bahasa Arab baik subtansinya dari al-Qur’an, hadis nabi maupun kitab agama lain.
Oleh karena itu, hadirnya bahasa Arab merupakan bahasa yang berbentuk konsonan berbeda dengan bahasa Indonesia yang meliputi konsonan dan vokal. Belajar bahasa Arab dapat memberikan kemaslahatan umat Islam dan memberikan kemudahan dalam memahami ilmu tafsir dan ilmu lain. Sejak abad ke XV Hijriah suatu abad yang diyakini dan diharapkan menjadi awal kebangkitan umat Islam dan seiring dengan disuarakannya kebangkitan Islam itu, kebutuhan akan kemampuan berbahasa Arab semaking dirasakan oleh kaum muslim, khususnya di Indonesia.[1]
Salah satu cara praktis dan penting untuk mendalami bahasa Arab adalah melalui Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang didalamnya mempelajari beberapa aspek terpenting seperti isim, fi’liyah, huruf yang membuat manshub, huruf yang membuat majzum dan sebagainya. Setiap yang memahami ilmu ini sangatlah mudah untuk mengenal bahasa Arab baik membaca, memahami, menerjemahkan dan berkomunikasi.
Merujuk dari hal di atas, maka penulis akan menguraikan salah satu topik yaitujumlah fi’liyah dan yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu,  fi’ilfa’il dan na’ib al-fa’il, inilah yang akan dibahas dalam makalah ini karna pembahasan ini merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui bahasa Arab.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan sebuah masalah pokok yaitu bagaimana mengetahui jumlah fi’liyah dalam penguasaan bahasa Arab. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1.      Apa pengertian jumlah fi’liyah?
2.      Bagaimana pembagian  fi’liyah dilihat dari waktunya?
3.      Apa pengertian fa’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah?
4.      Apa pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah?

C.   Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian jumlah fi’liyah.
2.      Untuk mengetahui pembagian fi’liah dilihat dari waktunya.
3.      Untuk mengetahui pengertian fa’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah.
4.      Untuk mengetahui pengertian na’ib al-fa’il dan kaitannya dengan jumlah fi’liyah.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jumlah Fi’liyah
Para ulama (pakar) bahasa Arab telah mengemukakan definisi fi’il di dalam buku-buku mereka. Meskipun redaksi yang mereka paparkan berbeda satu sama lain, tetapi bisa dikatakan memiliki maksud yang sama. Untuk itu diperlukan ta’rif populer menurut al-Zamakhsyari dalam Azhar Arsyad sebagai berikut: Fi’il adalah perbuatan yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fi’il merupakan tugas morfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fi’il.[2]
Sebenarnya ciri fi’il dikemukakan oleh Ibnu Malik dalam Azhar Arsyadsebagi berikut:
1.        Tidak menerima huruf jar, tanwin, nida, dan, alif lam.
2.        Khusus fiil mādi> bisa diakhiri ta dzamir dan ta ta’nis| sakinah.
3.        Fi’il Mudhari’ dan Amr bisa diakhiri dengan nun taukid dan ya muannas mukhatabah.
4.        Fiil Madhi dan Mudhari’ boleh diikuti kata andaian syarat.
5.        Khusus fiil Mudhari’ selalu diawali dengan انيت 
Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il(kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum(kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentukmuannas (feminine), maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
ضَرَبَ زَيْدّ كَلْبًا
Artinyanya: zaid telah memukul anjing
Perhatikanlah, jumlah di atas dimulai dengan kalimat fi’il, yaitu ضرب yakni fi’il mādzi  Oleh karena  itu, jumlah di atas disebut jumlah fi’liyyah.

B.     Pembagian Jumlah Fi’liyah Dilihat Dari Segi Waktunya
1.      Fi’il Madhi
مَادَلَّ عَلىَ حَدَثٍ مَضَى وَانْقَضَى
Lafadz yang menunjukkan kejadian ( perbuatan ) yang telah berlalu.[3]
Contoh:
كتب      ; Telah menulis                         فتح           ; Telah  membuka
قرأ        ; Telah membaca                               جلس  ; Telah duduk
Pembagian Fi’il Madhi terbagi kepada dua bagian;
a). Madhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
       كتب        ; Telah menulis                فتح           ; Telah membuka
       سأ ل       ; Telah bertanya              شرب         ; Telah minum
       قرأ         ; Telah membaca              فهم           ; Telah faham
b). Madhi Majhul (bentuk Pasif), contoh:
       كُتِبَ       ; Telah ditulis                   فتح          ; Telah dibuka
       سءل     ; Telah ditanya                شرب        ; Telah diminum
       قرأ         ; Telah dibaca                   فهم          ; Telah difaham

Keterangan
Perbedaan bentuk keduanya yaitu;
·         Madhi Ma’lum adalah fi’il yang berawalan fathah.
·         Madhi Majhul adalah fi’il yang berawalan dzammah sedang huruf sebelum akhirnya berbaris kasrah
·         Fi’il Madhi Ma’lum hendaklah diterjemahkan  “telah me…”, sedangkan fi’il Madhi Majhul hendaklah diterjemahkan “telah di…”
           Adakalanya kata kerja lampau paling sedikit terdiri dari tiga huruf dan paling banyak terdiri dari enam huruf.[4]
a.       Kata kerja lampau yang terdiri dari tiga huruf, Pola-polanya adalah:
فَعَلَ                  كفر              نصر         ضرب
فَعِلَ                  علم              شهد             فهم
فَعُلَ                  بعد               كرم            حرم
b.      Kata kerja lampau yang terdiri dari empat huruf, Pola-polanya adalah:
                   فَعَّلَ                    سلم                   علم                 نزل
                   أَفْعَلَ                   أنزل                   أسلم               أرسل
فَاعَلَ                                      قا تل               خا صم               سا فر
c.       Kata kerja lampau yang terdiri dari lima huruf, Pola-polanya adalah:
                   انْفَعَلَ                    انقطع              انطلق                   انقلب
اِفْتَعَلَ                                       اجتنب             اجتمع                   اقترب
           نَفَعَّلَ                          تقدم            تأ خر                   تعلم 
                   تَفَا عَلَ                  تجا هل          تسا هل                  تسا قط
d.      Kata kerja lampau yang terdiri dari enam huruf, Pola-polanya adalah:
اِسْتَفْعَلَ                     استخرج                استغفر               استحوذ
2.      Fi’il Mudhari’
مَادَلَّ عَلَى حَدَثٍ يَقْبَلُ الْحَالَ وَالْإِسْتِقْبَالَ
“Lafadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang”, contoh;
يكتب      ; Akan  /Sedang menulis
يفتح       ; Akan / Sedang embuka
يجلس     ; Akan / Sedang duduk
يشرب    ; Akan / Sedang minum

Tanda-tanda Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ pasti di awali oleh salah satu huruf di bawah ini, yaitu;
ا  -   ن   -  ي  -  ت dan disingkat;  اَنَبْتُ yang biasa disebut huruf Mudhara’ah, contoh:
أَكْتُبُ    -    نَكْتُبُ    -    يَكْتُبُ    -    تَكْتُبُ
Pembagian Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ terbagi kepada dua bagian:
a.       Fi’il Mudhari’ Ma’lum (bentuk aktif), contoh:
يكتب                   ; Akan / Sedang menulis
يفتح                     ; Akan / Sedang membuka
ينظر                   ; Akan / Sedang melihat
يظلم                    ; Akan / Sedang zhalim
b.      Fi’il Mudhari’ Majhul (bentuk fasif), contoh:
يكتب                  ; Akan / Sedang ditulis
يفتح                   ; Akan / Sedang dibuka
ينظر                  ; Akan / Sedang dilihat
يظلم                   ; Akan / Sedang dizhalim

Keterangan:
Perbedaan Mudhari’ Ma’lum dan Mudhari’ Majhul ialah;
·         Huruf Mudhara’ah dalam Mudhari’ Ma’lum hendaklah berbaris fathah. Sedangkan dalam Mudhari’ Majhul hendaklah berbaris Dzammah, sementara huruf sebelum akhirnya berbaris fathah.
·         Fi’il Mudhari’ Ma’lum hendaklah diterjemahkan akan/Sedang Me”, sedangkan fi’il Mudhari’ Majhul hendaklah diterjemahkan “akan/sedang di…
Atau dalam buku Abu Hamzah Yusuf al-As|ary menerangkan bahwa Fi’il Mudhari’adalah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang dan yang akan datang. Fi’il Mudhari’merupakan perubahan dari Fi;il Madhi adapun perubahanya yang harus dihapal dan adapula yang harus diketahui dengan melihat kamus.
Ciri-ciri Fi;il Mudhari’;
a.       Biasa di masuki huruf (سَ) dan سَوْفَ  contoh  سَوْفَيَشْهَدُ,سَيَشْهَدُ   
b.      Memiliki ciri huruf yang menjadi ciri khasnya yaitu Alif, Nun, Ya, dan Ta(أنت)
ا                         أذهب                     
ن                       نذهب
ي                       يذهبون           يذهبا ن             يذهب
ت                       تذهبين            تذهبين              تذهب
c.       Fi’il Mudhari’ dapat dimasuki huruf   لا bermakna tidak contoh;
لاَيَشْهَدُ                   لاَيَظْرِبُ                لاَيَاْكُلُ

3.      الفعل الأمر (Fi’il Amr)
Fi’il Amr adalah kata keja dalam bentuk perintah, contoh;
اكتب      ; Tulislah                                  افتح       ; Bukalah
اقرأ        ; Bacalah                                 اجلس      ; Duduklah
Rincian Fi’il Amr
            افعلوا                                          افعلا                                          افعل
     Lakukanlah                      Lakukanlah                             Lakukanlah
       Oleh kamu                      Olehmu                                  Olehmu (L)
      Sekalian (L)                     Berdua (L)
            افعلن                                          افعلا                                          افعلي
     Lakukanlah                             Lakukanlah                                         Lakukanlah
      Oleh kamu                  Olehmu                                    Olehmu (P)
      Sekalian (P)                Berdua (P)
            Dari uraian di atas, penulis merincikan contoh-contoh ketiga Fi’il (فعل) itu adalah sebagai berikut;

معنا ه
فعل أمر
فعل مظا رع
فعل ما ض
Menulis
اكتب
يكتب
كتب
Mengajar
علم
يعلم
علم
Memuliakan
أكرم
يكرم
أكرم
Berpindah
انتقل
ينتقل
انتقل
Meminta ampun
استغفر
يستغفر
استغفر

فعل dapat diketahui, antara lain, dengan tanda-tanda dimasuki atau didahului oleh قد , س , dan سوف , disamping dapat diketahui dari maknanya.[5] Disamping pengertian di atas,Fi’il Amr mempunyai arti sebagai kata kerja perintah untuk orang ke-2 laki-laki / orang ke-2 perempuan.
Langkah-langkah membentuk Fi’il Amr
a.         Dari Fi’il Mudhari’
b.        Dibuang ya mudza>ri-nya (yaitu yang di awal fi’il Mudhari’)
c.         Huruf akhirnya disukun
d.        Apabila setelah dibuang ya Mudhari’-nya ternyata huruf awalnya (_ْ_) maka ditambah dengan Hamzah Wasal ا ) yang berkasrah yang tidak perlu ditulis harakat kasrahnya.
Contoh;
اذْهَبْ                                         
(Contoh yang benar)                                                       
يَذْهَبُ                                 ذْهَبُ                              ذْهَبْ                          اْذهَبْ
C.    Contoh-contoh jumlah fi’liyah
1.     Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk lampau (fiil madi)
•       جَعَلَتْ هذِهِ الْوَسَائِلُ الْعَالَمَ قَرْيَةً صَغِيْرَةً
•       قَدْ تَقَدَّمَتْ وَسَائِلُ السَّفَرِ
•       ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
•       صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
2. Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja bentuk sekarang (fiil mudhari’)
•       يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
•       يَسْتَخْدِمُ النَّاسُ الْحَيَوَانَاتِ فِى نَقْلِ بَضَائِعِهِمْ
•       سَيُغَادِرُ الْقِطَارُ الْأَوَّلُ الْمَحَطَّةَ بَعْدَ السَّاعَةِ وَالنِّصْفِ
•       يُرِيْدُ الْمُسَافِرُ اَنْ يَرْكَبَ الْقِطَارَ
•       يَكْتُبُ التَّلاَمِيْذُ الدَّرْسَ
3.  Jumlah Fi’liyah yang dimulai dengan kata kerja perintah (fi’il amr)
•       اِحْتَرِمْ وَالِدَكَ
•       شَاهِدُوْا أَيُّهَا الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ مِنْ خِلاَلِ النَّافِذَةِ
•       قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
•       اِذْهَبَا أَيُّهَا التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ صَبَاحًا
Karakteristik Jumlah Fi’liyah:
1.      Dalam Jumlah Fi'liyah, fa'il (subjek) terletak setelah fi’il (kata kerja).
2.      Kadang subjek jumlah fi’liyah jelas (zahir), kadang tersembunyi (mudmar). Mudmar kadang-kadang wajib, kadang-kadang jaiz (boleh).
•       أَرْكَبُ السَّيَّارَةَ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
•       تُسَافِرُ إِلَى جَاكَرْتَا بِالطَّائِرَةِ
•       اِذْهَبْ إِلَى الْمَسْجِدِ
•       يَشْتَرِى الْمُسَافِرُ تَذْكِرَةً إِلَى سُرَابَايَا ثُمَّ يَرْكَبُ الْقِطَارَ
3.      Jumlah Fi’liyah dengan pelaku orang ketiga (gaib), kata kerjanya tetap tunggal walaupun pelakunya lebih dari satu.
•       ذَهَبَ التِّلْمِيْذَانِ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
•       صَلَّى الْمُسْلِمُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً
•       يُشَاهِدُ الرُّكَّابُ الْمَنَاظِرَ الْجَمِيْلَةَ مِنْ خَلاَلِ النَّافِذَةِ
•       يَكْتُبُ التِّلْمِيْذَانِ الدَّرْسَ
•       تَعَلَّمَتْ اَلطَّالِبَاتُ فِى الْفَصْلِ
•       اِحْتَرَمَتْ اَلنِّسَاءُ زَوْجَهُنَّ
D.    Pengertian Fa’il
Pengertian fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’. Sedangkan menurut Ibnu Aajurum didalam bab al-fa’il mengartikan fa’il menurut istilah adalah isim marfu’ yangfi’ilnya disebutkan sebelumnya. Di antara kaidah fa’il, sebagai berikut:
1.      Fa’il bisa terdiri dari ism yang mu’rab, ism yang mabni, atau masdar muawwal. Contoh:
تبارك الله
آمنت بالله
فازالذي اجتهد
يجوز أن يتزوج
2.      Ism fa’il itu marfu’ atau fi mahalli rofa’, apabila dimasuki oleh huruf jar. Contoh:
قد أفلح المؤمنون
كفى بالله شهيدا
ما جاء من أحد
E.     Pengertian Na’ib al-fa’il
Na’ib al-fa’il ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya. Dalam suatujumlah (kalimat) seharusnya membutuhkan fi’il (predikat), fa’il (subjek) dan maf’ul bih (objek). Akan tetapi, dalam pembahasan ini, kita hanya menggunakan fi’il (predikat) dannaibul fa’il (pengganti fa’il). Maka jumlah (kalimat) aktif yang memenuhi tiga syarat diatas diubah menjadi jumlah (kalimat) pasif yang tidak disebutkan fa’ilnya. Adapun fi’il (subjek) yang digunakan dalam jumlah (kalimat) pasif adalah fi’il majhul dan kaidahnya sebagai berikut:
فـإن كان الفعل ماضيا ضم أوله وكسر ما قبل آخره وإن كان مضارعا ضم أوله وفتح ما قبل آخره
Jika fi’il madhi maka huruf yang pertamanya didzammahkan dan huruf sebelum akhirnya dikasrahkan. Adapun untuk fi’il mudzari’ maka huruf yang pertama didzammahkan dan difathahkan hurufnya sebelum akhirnya.
Contoh dari fi’il madhi yang didhammahkan huruf pertamanya dan dikasrahkanhuruf sebelum akhirnya adalah
فُتِح الباب
قُتِل الكافرون
قُرِأت الرسالة
كُتِبت الرسائل
Jika suatu fi’il didahului dengan ta’ maka huruf yang kedua didzammahkan seperti halnya ta’. Misalnya:
تسلمت سعاد الجائزة   :  تُسُلِّمت الجائزةُ
Jika huruf sebelum akhir adalah alif maka alif tersebut diubah menjadi ya’ dan huruf sebelum ya’ tersebut dikasrahkan. Misalnya:
قال محمد الحق        :  قِيل الحقّ
Kemudian contoh fi’il mudzari’ yang huruf pertamanya didzammahkan dan huruf yang sebelum akhir difathahkan adalah:
يفتح محمد الباب            :   يُفتَح الباب
يقتل المسلمون الكافرين    :   يُقتَل الكافرون
تقرأ عائشة الرسالة         :   تُقرَأ الرسالة
يكتب محمد الرسائل        :   تُكتَب الرسائل
Jika huruf sebelum akhirnya adalah huruf ya’ atau wawu maka huruf tersebut diubah menjadi alif. Misalnya:
يبيع الفلاح القطن           :   يبَاع القطن
يصوم المسلمون رمضان     :   يصَام رمضان















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan berdasarka rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Fi’il adalah (kata) yang menunjukkan suatu peristiwa atau kelakuan yang disertai masa terjadinya. Peristiwa dan masa yang dikandung fiil merupakan tugasmorfologis. Maksudnya, keduanya merupakan bagian arti bentuk fiil. Sedangkan Jumlah Fi’liyah adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il terdiri dari fi’il(kata kerja) dan fa’il (pelaku). Fa’il/subjek adalah isim yang terletak setelah fi’ilma’lum (kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
2.      fa’il (subjek) adalah isim yang menunjukkan orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dan kedudukannya dalam I’rab adalah marfu’.
3.      Na’ib al-fa’il ialah Isim marfu’ yang tidak disebutkan fa’ilnya.

B.     Saran
1.      Diharapkan mahasiswa mengetahui secara teoritis tentang jumlah Fi’liyyah dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat
2.      Sehubungan minimnya refrensi bahasa arab, maka penulis mengharapkan adanya penambahan buku-buku bahasa arab khususnya yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.








DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Ilmu Nahwu. Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992.
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya. Cet. I; Makassar: Pustaka Pelajar, 2003. 
A.zakaria.  Ilmu Nahwu Praktis Sistem belajar 40 Jam. Cet. I; Terogong Garut: Ibn Aska Press, 2004.
Fahmi, Ah.Akrom. Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab Praktis dan Aplikatif).Ed. I, Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999.
My.opera.com/..Jumlah-Filiyah. downlod senin, 10 Oktober 2011.
Saifulloh, Al Aziz Senali Muhammad. Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu. PT. Terbit Terang, Surabaya: 2005.
Thib Raya, Ahmad, Mulia Musdah. Pangkal Penguasaan Bahasa Arab. Cet. III;Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 .
Yusuf, Abu Hamzah. Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 .






                                                                   





[1] Muhammad SaifullohAl Aziz senali, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu, (PT. Terbit Terang Surabaya, 2005), h. 3.
[2] Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaranya, (Cet. I; Pustaka Pelajar Makassar, 2003), h. 96. 
[3] Moch. Anwar, Ilmu Nahwu. (Cet. V; Bandung : Sinar Baru, 1992), h. 55.
[4] Abu Hamzah Yusuf, Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab, (Cet. I; Bandung: Pustaka adhwa, 2007 ), h. 37.
[5] Ahmad Thib Raya, dan Musdah Mulia, Pangkal Penguasaan Bahasa Arab, (Cet. III;Ujungpandang: Paradotama Wiragemilang, 1999 ), h. 42-43. 

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email