Tujuan Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Sebab, tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah. Oleh karena itu perumusan tujuan dengan tegas dan jelas, menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan perenungan filosofi.
Dikatakan lebih lanjut bahwa tujuan pendidikan itu penting, disebabkan karena secara implicit dan eksplisit di dalamnya terkandung hal-hal yang sangat asasi, yaitu pandangan hidup dan filsafat hidup pendidikannya, lembaga penyelenggara pendidikan dan Negara.
Sedangkan pendapat para ulama tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya ialah: al-Ghazali, sebagai berikut:
1.      Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah
2.      Menggali dan manusiaengembangkan potensi dan fitrah m
3.      Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits tentang Tujuan Pendidikan Islam
ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﻤﺤﻤﱠﺪ ﺒﻦ ﺒﺸﱠﺎﺭ ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﺍﻟﺭﱠﺤﻤﻦ ﺒﻦ ﻤﻬﺪﻯﱢ ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﺴﻔﻴﺎﻦ ﻋﻦ ﺤﺒﻴﺐ ﺒﻥ ﺃﺒﻰ ﺛﺎﺒﺖ ﻋﻦ ﻤﻴﻤﻮﻥ ﺒﻥ ﺃﺒﻰ ﺸﺒﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﺒﻰ ﺬﺭﱠ ﻗﺎﻞ ﻗﺎﻞ ﻠﻰ ﺭﺴﻭﻞ ﷲ ﺼﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻢ﴿ﺍﺗﱠﻖ ﷲ ﺤﻴﺜﻤﺎ ﻜﻨﺚ ﻮ ﺃﺜﺑﻊ ﺍﻟﺴﱠﻴﱢﺌﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺗﻤﺤﻬﺎ ﺘﻤﺤﻤﺎﻮﺨﺎﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺲ ﺒﺨﻟﻖ ﺤﺴﻦ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮ ﻤﺬﺮ ﻮ ﺃﺒﻮ ﺪﺍﻮﺪ ﻮ ﺃﺤﻤﺪ﴾
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Dzar ia berkata Rasulullah SAW. bersabda kepada ku, katanya; Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah setiap perbuatan yang jelek itu dengan kabaikan niscaya itu akan dapat menghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia. (HR. Abu Dawud)

1.      Makna Mufradat
ﺍﺗﱠﻖ:       Bertaqwalah                    
ﺃﺜﺑﻊ:       Mengiringi
ﺍﻟﺴﱠﻴﱢﺌﺔ:    Perbuatan yang jelek
ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ:   Perbuatan yang baik
ﺗﻤﺤﻬﺎ:    Menghapus

2.      Asbab al-Wurud Hadits
Dalam Al Shahihain disebutkan bahwa Ibnu ‘Abbas telah meriwayatkan: Ketika Abu Dzar menyatakan keIslamannya di Mekkah, Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Kebenaran bagi kaummu dengan harapan semoga Allah SWT member manfaat kepada mereka. Ketika beliau melihat betapa Abu Dzar berkeinginan tinggal bersamanya di Mekkah, Rasulullah SAW memberitahukan ketidakmungkinannya, namun beliau berpesan kepada Abu Dzar: “Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada . . . . . dan seterusnya.

3.      Kandungan Hadits
1.      Pengertian Tujuan
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau andaf  atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Ingrris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan “goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud  yang hendak dicapai melaui upaya atau aktivitas.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, tujuan adalah sesuatu yang di harapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tetentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu.
2.      Beberapa Definisi Pendidikan Islam
a.      Drs. Ahmad D. Marimba
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasrkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utam menurut ukuran-ukuran Islam.
b.      Drs. Burlian Somad
Suatu pendidikan dinamakan Pendidikan Islam, jika pendidikan itu bertujuan membentuk individu menjadi bercorak diri berderajat tertinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.
3.      Isi Pendidikan Islam
Untuk membentuk Abdi Allah yang muttaqien dan cakap, maka perlu ada materi yang diberikan kepada anak didik, dengan menyesuaikan kondisi dan situasi. Sumber materi yang pokok adalah isi Al-Qur’an dan Al-Hadits yang mencakup urusan duniawi maupun ukhrowi.
Isi pendidkan yang akan dihadapkan kepada anak didik itu direncanakan dengan matang, diatur dengan seksama serasi dengan setiap unsur yang hendak ditumbuhkan dan diperkembangkan pada diri anak didik.
Dalam Islam, isi pokok ajarannya dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Ajaran tentang keimanan/aqidah
b.      Ajaran tentang keIslaman/syari’at
c.       Ajaran tentang keihsanan/akhlak
4.      Tahap-Tahap Tujuan
Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi:
a.       Tujuan Tertinggi/Terakhir
b.      Tujuan Umum
c.       Tujuan Khusus
d.      Tujuan Sementara

5.      Aspek-Aspek Tujuan
Aspek tujuan pendidikan Islam itu meliputi empat hal, yaitu:
a.       Tujuan Jasmaniah (Ahdaf al-Jismiyyah)
b.      Tujuan Rohaniah (Ahdaf al-Ruhyyyah)
c.       Tujuan Akal (Ahdaf al-Aqliyah)
d.      Tujuan Sosial (Ahdaf al-Ijjtima’iyah)


6.      Fungsi Tujuan
A.D. Marimba menyatakan, fungsi tujuan adalah Pertama, sebagai standar mengakhiri usaha; Kedua, mengarahkan usaha; Ketiga, merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, di samping itu juga dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dalam segi lainnya fungsi tujuan juga memperngaruhi dinamika dari usaha itu, keempat member niali (sifat) pada usaha-usaha itu.
Pendidikan adalah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier). Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara. Marimba menyatakan bahwa fungsi tujuan akhir ialah memelihara arah usaha itu dan mengakhiri setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir.
Oleh karena itu, untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut, tujuan pendidikan harus dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang diyakini, kelak akan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia, yaitu nilai ideal yang menjadi kerangka piker dan bertindak bagi seseorang.
7.      Tingkat-Tingkat Tujuan Pendidikan
Tingkatan pendidikan dan pengajaran dapat dibagi menjadi empat tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu. Tingkatan tujuan tesebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan nasional
2.      Tujuan lembaga pendidikan
3.      Tujuan kurikuler
4.      Tujuan mata pelajaran
5.      Tujuan mengajar dan belajar


B.     Hadis Sebagai Pendidikan
حَدَّثَنَا مُحَمّدُ بْنُ الْعُلاَءِ حَدَثَّنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِي بَرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ".
Artinya :
”Telah menceritakan kepada kita Muhammad bin ‘Ala’, telah menceritakan kepad kita Abu Usamah, dari Buraid ibn Abdillah dari Abi Barda’ dari Musa Radliyallahu ‘Anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW.bersabda “Perumpamaan orang-orang yang mengingat (Tuhannya) bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati ”.
A.    Tinjauan Bahasa
يَذْكُرُ    Menyebut, mengingat
الْحَيُّ   Hidup
المَيِّتُ Mati

B.     Syarah Hadits
Sekilas Tentang Perumpamaan
Perumpamaan (matsal) sesuatu adalah sifat sesuatu itu yang menjelaskan dan menyingkap hakikatnya atau apa yang dimaksudkan untuk dijelaskannya , baik na’atnya maupun ahwâlnya. Kadang-kadang perumpamaan sesuatu yaitu penggambaran dan penyingkapan hakikatnya dengan jalan majaz atau hakikat dibukukannya dengan mentasybihkannya (penggambaran yang serupa).

Seperti halnya Sayyid Ridho dalam menafsirkan ayat :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْىِ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ( البقرة : ۲٦ )
"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.........” (QS.Al-Baqarah : 26).
Beliau mengatakan matsal ( membuat perumpamaan ) berarti menyentuhkan ( memberikan ) dan menjelaskan perumpamaan. Dalam suatu pembicaraan, untuk menjelaskan sesuatu hal. Si pembicara menyebutkan sesuatu sesuai dan menyerupai persoalan tersebut sambil menyingkap kebaikan ataupun keburukannya tersebut. Penggunaan kata dharb dalam hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan memberikan kesan, seakan-akan si pembuat perumpamaan mengetuk telinga si pendengar dengan perumpamaan itu, sehingga pengaruhnya menembus qalbunya sampai ke dalam lubuk jiwanya.
Dari uraian di atas bisa diketahui bahwa perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam Al-Qur’an ataupun dalam bahasa, mempunyai makna antara lain:
Menyerupakan sesuatu kebaikan atau keburukannya dimaksudkan kejelasannya dengan memberikan tamsil dengan sesuatu yang lainnya yag kebaikan atau kehinaannya telah diketahui secara umum, seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung-pelindung selain Allah dengan laba-laba. Hal ini seperti halnya terdapat dalam ayat Al-Qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت :٤١).
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut : 41).
Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan dikaitkan kepada lain yang memiliki titik persamaan untuk menandaskan perbedaan antara keduanya, seperti firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut,
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal saleh dan beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adaah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Rabb mereka. Demikianlah Allah membuat untuk menusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.” (QS.Muhammad( 47):3).
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan ihwal mereka dengan menunjukkan perbedaan yang tegas di antara kedua golongan itu, orang-orang kafir akan sia-sia amalnya, sedangkan orang yang beriman kepada Allah, akan dihapuskan dari kesalahan-kesalahannya. Padahal, diantara kedua kaum itu terdapat titik persamaan yaitu bahwa masing-masing kaum adalah manusia yang juga diberi akal oleh Allah, dan kepada mereka diutus seorang rasul. Namun, meskipun demikian terdapat perbedaan yang besar antara keduanya dari segi perbuatannya, karena masing-masing menempuh jalan yang berlainan dan mgambil cara yang berbeda dengan yang diambil pihak lain. Demikianlah makna perumpamaan tersebut di atas.
Menjelaskan kemustahilan adanya keserupaan antara dua perkara, yang oleh kaum musyrikin dipandang serupa. Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an ditemukan tamsil yang menandaskan perbedaan antara sembahan kaum musyrikin dengan al-khâliq, dengan menandaskan bahwa tuhan-tuhan kaum musyrikin tidak berakal, apalagi bila dianggap sebanding dengan al-khâliq.


C.    Hubungan Hadits Dengan Pendidikan
Perumpamaan bukan hanya sekedar karya seni yang dimaksudkan untuk memberikan keindahan kesusastraan mereka, melainkan mempunyai tujuan psikologis pedagogis, maknanya serta tujuannya yang luhur tersingkap dengan jalan menarik kesimpulan dari perumpamaan-perumpamaan itu. Disamping itu, dengan penarikan kesimpulan tersebut akan tersingkap pula mukjizat keindahan kesusastraan serta cara penyampaian pesan yang relevan.
Dengan adanya perumpamaan, seorang guru akan mengibaratkan perkara/sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit, sehingga para siswa yang diajarnya memahami kandungan makna yang abstrak/susah itu. Seperti halnya ketika Rasulullah berlalu di sebuah pasar dan melihat orang-orang yang sedang memperebutkan keuntungan dan kepentingan yang semata-mata bersifat duniawi, maka Rasulullah membuat perumpamaan bagi mereka dimana Rasulullah SAW.mengumpamakan kehinaan dunia dalam pandangan Allah dengan kehinaan anak kambing yang mati.
Dengan adanya perumpamaan yang dibuat oleh seorang guru, akan dapat merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan penjelasan yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Artinya, dengan perumpamaan itu, para siswa akan menangkap pesan dan kesan tersendiri, sehingga dengan pesan yang didapatnya itu akan membantu mengingat penjelasan yang dituturkan seorang guru. Namun, untuk menghindari perbedaan daya tangkap pesan para siswa, seorang guru haruslah memberikan gambaran-gambaran yang jelas, yang mudah ditangkap, dan sekiranya bisa dimengerti oleh siswa. Kemudian pada akhir jam pengajaran, perumpamaan yang dibuat guru itu harus disimpulkan dan dikonsepkan sehingga para siswa tidak salah arah dan kabur dalam memahami perumpamaan tersebut.
Dengan adanya perumpamaan itu, akan dapat menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan/religious. Timbulnya berbagai perasaan tersebut bertemu dengan timbulnya perasaan senang terhadap kandungan makna yang terdapat dalam perumpamaan itu . Seperti halnya perasaan senang menerima pahala dari Allah dan perasaan mulia dengan menerima kemurahan, karunia serta nikmat-Nya.
Dengan adanya perumpamaan, secara tidak langsung akan mendidik akal siswa supaya berfikir benar dan menggunakan silogisme yang logis dan sehat. Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran. Dengan cara demikian, perumpamaan itu merupakan andil dalam alat pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam mendidik manusia agar bertingkah laku baik, serta menghindarkan diri dari kecenderungan berbuat jahat. Dengan demikian, orang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat akan terjaga untuk hidup secara lurus, sehingga siswa yang mampu menghisap inti sari yang tersirat dalam perumpamaan itu akan dapat berjalan di atas jalannya sendiri. Ia akan mampu merealisasikan pola budaya yang tinggi dalam rangka menciptakan ketentraman dan keadilan bagi manusia lainnya.
Oleh karena itu, hendaknya pendidik berusaha melaksanakan pendidikan tingkah laku, kehendak yang baik dan kecenderungan berbuat baik.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran. Bahkan barangkali dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan factor yang terpenting dalam kegiatan dan proses belajar mengajar.
Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik itu dibawa.
Demikian pula masing-masing orang mempunyai bermacam-macam tujuan pendidikan, yaitu melihat kepada cita-cita, kebutuhan dan keinginannya. Ada yang mengharapkan supaya anaknya kelak menjadi orang besar yang berjasa kepada nusa dan bangsa serta agama. Ada yang mengingkan supaya anaknya menjadi dokter, insinyur atau seorang ahli seni.  Dan ada pula yang mengharapkan supaya anaknya menjai ulama besar, penglima perang dan lain-lainnya.

B.     SARAN
Kami team penyusun makalah ini menyadari betul, bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini sungguh masih jauh dengan kesempurnaan. Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki. Jadi untuk membentuk sebuah tugas ilmiah dan fariatif, maka kami sangat mengharap akan kritik/saran anda, guna untuk menjadikan sebuah tugas yang perfect demi untuk tugas berikutnya. Mudah-mudahan dapat diterima pihak dosen kami, dan tentunya menarik perhatian minat pembaca, maupun pengguna lainnya.
WALLAHU A’LAM



0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email