Tanggungjawab pengertian bimbingan koseling islam pada anak

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi. Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji.
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah.
Oleh karena itulah pemakalah akan membahas tentang “Pandangan Islam terhadap Bimbingan dan Konseling Islam pada Anak”,saya menjabarkan bahasan-bahasan dengan mengunakan metode yang mudah untuk dimengertidan bermanfaat bagi kita semua khusunya bagi pendidik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Tanggung jawab Bimbingan Konseling islam pada anak?
2.      Bagaimanakah Pandangan Al- Quran dan Hadist terhadap bimbingan Konseling pada anak?
3.      Bagaimanakah Penerapan  Bimbingan Konseling Pada Anak dalam Literatur Sejarah?


C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui Tanggungjawab pengertian bimbingan koseling islam pada anak
2.      Untuk mengetahui Pandangan Al- Quran dan Hadist terhadap bimbingan Konseling pada anak
3.      Untuk mengetahui Penerapan  Bimbingan Konseling Pada Konseling Pada Anak dalam Literatur Sejarah
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tanggungjawab Bimbingan Koseling Islam pada anak
Tanggung jawab konseling islam diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak didik didalam perkembangan dari daya-dayanya dan dialam penetapan nilai-nilai. Bantuan bimbingan iut dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun lingkungan. Oranngtua memegang peranan penting dan amat berpengau atas pendidikan anak-anaknya, sejak ia lahir,  seorang anak tidak mengetahui apa-apa namun tidak lama kemudian fungsi tubuh dan jiwanya mulai merealisasikan fungsinya. Inilah kemudian yang menjadi landasan kesadaran dan pengetahuannya tentang alam luar. Dalam perkembangan anak dikemukakan fungsi tubuh dan jiwanya saat itu, sehingga kita dapat mengarahkan dan mendidiknya, khususnya di dalam menanamkan nilai agama.[1]
Disamping pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dal keluarga, maka islam memandang keluarga bukan sekedar hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, melainkan lebuh dari itu,yakni sebagai lembaga hidup yang memberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia dunnia dan akhirat. Pertama-tama yang diperintahkan allah kepada Nabi Muhammad dalm mengembangkan agam islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, batu kemudian kepada masyarakat yang luas.
Hal itu berarti dalamnya terkandung makna bahwa keselamatan atau keluarga harus lebih dahulu mendapat perhatian atau harus didahulukan ketimbang keselamatan masyarakat. Karena keselamatan masyarakat pada hakikatnya bertumpu pada keselamatn keluarga.


B.     Pandangan Al- Quran dan Hadist terhadap bimbingan Konseling pada anak

Firman Allah SWT:
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ  
Artinya: “Dan berilah peringantan kepada keraba-kerabatmu yang terdekat”. (Q.S. Asy Syura’ 214).
Demikaian pula islam memerintahkan agar para orangtua berlaku sepagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk memelihara keluarganya serta berkewajibann untuk memelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman Allah :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR   .....
Artinya;“ hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (Q. S, At-Tahrim 6)
            Firman Allah swt:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  
Artinya;”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (Q.S Ar-Rum 30)
Mengenai kewajiban dan tanggungjawab orangtu untuk mendidik dan membimbing perkembangan anak-anaknya Nabi berabda.
Sabda Rasullah SAW:
Artinya;“ Anas mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Anak itu pad hari ketujuh pad kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi namanya dan singkirkan dari segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berumur 6 tahun ia didik beradap susila, jika ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah berumur 13 tahun dipukul agar mau sembahyang. Bila ia telah berumur 16 tahun boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan : “ Saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan Allah dri fitnahan-fitnahan didunia dan siksaan di akhirat....”
Tanggungjawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orangtua adalah merupakan pelimpahan dari tanggungjawab orangtua yang karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.
Dalam hadist lain disebutkan,
Artinya‘Ya Allah berikanlah cahaya pada hatiku, cahaya pada perkataanku, cahay didepanku, cahaya diatasku,dan muliakanlah aku dengan cahaya’’ ( HR. Ibnu Khuzaimah).
Hadist ini menegaskan bahwa maksudnya agar setiap perbuatan di mulai dengan membaca doa,seperti hendak makan, masuk kamar mandi hendak tidur dan doa-doa lain yang dianggap perlu untuk diajarkankepada anak diwaktu kecil supaya dewasa nanti dapat terbiasa.
Nabi SAW bersabda;
Artinya:“Didiklah anak-anak kalian dengan tiga buah perilaku, mencintai nabi kalian, mencintai keluarga kalian dan membaca Al-quran. Karena sesungguhnya menghapal Al-quran berada dalam lindungan ‘arsy Allah SWT (singgasana) bersama para Nabi dan sahabatnya pad hari saat tiada tempat berlindumg kecuali perlindungan-Nya”
Barangsiapa yang membaca Al-quran, maka orangtuanya akan dianugerahi sebuah mahkota yang pancaran cahayanya melebihi sinar matahari pada hari kiamat.
Sabda Nabi SAW:
Artinya:“perintahlah anakmu untuk menunaikan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena tidak melakukannyapada usia sepuluh tahun”
Dalam hadist ini, Rasulullah menggunakan ungkapan perintahlah dan bukan pukullah, maksudnya memukul hanya sekedar memberikan pelajaran.


Sabda Nabi SAW:
Artinya:“Apabila anak adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang shalih mendoakan.” (HR Muslim).
            Kandungan pokok dari hadist ini adalah tiga amal yang bermanfaat bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yang merupakan buah dari amal perbuatan seorang muslim dalam mendidik anak, yang mungkin tidak akan kita dapatkan dari amal-amal perbuatan lain. Anak yang dididk secara islami akan mengetahui bahwa berbuat baik kepada orangtua merupakan ketaatan kepada Allah SWT.

C.    Penerapan Bimbingan Konseling pada Anak Dalam Literatur Sejarah
            Pemenuhan kebutuhan anak merupakan keperluan yang penting dan mendesak agar kepribadiannya tumbuh secar seimbang dari sisi jasmani, kejiwaan, akal dan rohaninya. Sebagai contoh, apabila kebutuhan jasmani tidak terpenuhi, seperti makan, buang air, tidur dan istirahat, maka hal itu akan menimbulkan penurunandalam perkembangan psikologi sosial karena tidak terpenuhi kebutuhan rasa aman. Begitu juga dengan nilai rohani, maka seorang pendidik harus menamnamkan sifat-sifat jujur, rajin, berani, tolong menolong, berakhlak mulia dan hal-hal lain sebagainya.[2]
            Berikut ini kisah sejarah yang berhungan dengan pendidikan pada anak.
            Pada suatu hari, juha pergi untuk melakukan pekrjaannya dengan menaiki seekor keledai dan anaknya berjalan mengikuti keledai itu. Orang melihat kejadian tersebut menaruh kasihan kepada sianak bahkan menuduh bahwa juha tidak merasa kasihan kepada anaknya dan tidak mempunyai perasaan sayang.
            Mendengar tuduhan tersebut, maka seketika itu pula juha dan anaknya naik keatas keledai. Akan tetapi ketika dalam perjalananmereka bertemu dengan sekelompok orang yang mengatakan bahwa juha dan anaknya tidak memiliki rasa kasih sayang kepada binatang, sabab tidaklah wajar jika mereka bedua naik diatas seekor keledai.
            Setelah itu juha turun dan tetap anaknya menaiki keledai itu. Perbuatan inipun tidak lauput dari komentar orang, yaitu bahwa si anak tidak mempunyai sopan santun sebab ia naik diatas keledai, sedangkan bapaknya berjalan dibelakangnya. Mereka juga menuduh bahwa juha tidak berhasil mendidik anaknya.
            Kemudian juha dan anaknya turun diatas keledai dan berjalan sambil mengikutinya.ketika orang-orang melihat kejadian itu, mereka mengejek dan mengklaimnya sebagai orang bodoh atau gila, sebab mengapa mereka berdua harus berjalan di belakang keledai, sedangkan binatang tersbut dipelihara untuk mengangkut sesuatu.
            Dari sisni juha tidak menemukan cara lain untuk mendapatkan keridhaan dari mereka kecuali dengan mengikat keledai itu dan mengangkat sendiri barang-barang yang dibawa bersam dengan anaknya, kemydian ia berkata kepada sang anak , “untuk memperoleh keridhaan orang lain makapilihlah antara dua hal yaitu,apakah kamu akn mengangkat sendiri atau mereka akan mengatakan bahwa akalmu seperti sekor keledai”.
Pelajaran yang dapat diambil;
1.      Menyayangi binatang
2.      Bersikap lembut kepada anak kecil
3.      Berbuat baik kepda orangtua
4.      Tidak boleh untuk mendengarkan semua perkataan khalayak ramai sebab merka tidak akan meridhai perbuatan apapun yang telah kta lakukan.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Secara umum mendidik ialah membantu anak didik didalam perkembangan dari daya-dayanya dan dialam penetapan nilai-nilai. Bantuan bimbingan iut dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun lingkungan. Kandungan pokok dari hadist mendidik adalah tiga amal yang bermanfaat bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yang merupakan buah dari ama lperbuatan seorang muslim dalam mendidik anak, yang mungkin tidak akan kita dapatkan dari amal-amal perbuatan lain. Anak yang didik secara islami akan mengetahui bahwa berbuat baik kepada orangtua merupakan ketaatan kepada Allah SWT.

B.     Saran
Penulis menyadari akan kekurangan yang kami miliki dan dengan itulah kami akan menerima semua masukan dari para pembaca, guna untuk menyempurnakan isi makalh ini. Penulis menyarankan kepada pembaca untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai acuan utama dan mencari sumberlain untuk menyempurnakannya, karena maklah ini jauh dari kesempurnaan.



DAFTAR PUSTAKA


Malik bin Anas Abu A’badullah at-Ashbaniy, Muwatha’ al-Imam Malik. (Mesir : Dariyah at-Turats-A’rabhiy, jilid 2, h. 799
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 1997), hal. 65



[1] Malik bin Anas Abu A’badullah at-Ashbaniy, Muwatha’ al-Imam Malik. (Mesir : Dariyah at-Turats-A’rabhiy, jilid 2, h. 799
[2] W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 1997), hal. 65

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email