BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang

       Metode diskusi merupakan metode yang dirasa paling efektif bukan hanya untuk menyampaikan materi secara lebih jelas, melainkan juga sangat baik dalam melatih komukasi dan keberanian siswa dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Hal ini sangat mendukung arti yang sebenarnya dalam proses belajar mengajar itu sendiri.  Hasil belajar adalah nilai keberhasilan yang diperoleh baik berupa tingkah laku maupun nilai keberhasilannya yang diperoleh dari hasil test yang diadakan dalam sejumlah materi pembelajaran. Hubungan metode diskusi dengan hasil belajar siswa sangat erat kaitannya, karena dengan penerapan metode diskusi yang tepat dalam pembelajaran maka akan dapat  meningkatkan hasil belajar siswa.[1]
            Sebelum menerapkan metode dalam proses belajar mengajar, maka perlu adanya pendekatan terlebih dahulu, baik dengan materi yang akan diajarkan maupun dengan siswa, supaya tidak menimbulkan kejanggalan ketika menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran.
            Metode yang diterapkan harus sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolah. Akan tetapi guru harus mampu mengendali suasana kelas, sebelum menerapkan metode hendaknya guru memperkenalkan metode yang akan digunakan agar metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran mendapat perhatian  siswa. Pada dasarnya tidak ada suatu metode khusus yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu beragam metode dapat diterapkan guru untuk mencapai pembelajaran aktif, karena hal ini dapat mempengaruhi input dan pengetahuan yang mereka serap.[2]
            Salah satu metode yang digunakan di MTsN Batee adalah metode diskusi, meskipun guru telah pernah menerapkan metode tersebut dengan baik, namun belum berjalan secara optimal. Sehingga sebagian siswa ada yang merasa jenuh mendiskusikan pembelajaran SKI di ruangan kelas. Hal ini terbukti adanya siswa yang tidak bisa mendiskusikan pembelajaran ketika penyajian materi berlangsung.
            Dalam hal ini perlu diadakan penelitian, mengingat penelitian ini amatlah penting dilakukan karena penerapan metode diskusi khususnya dalam pembelajaran SKI belum mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Jika terdapat kendala dalam penerapan metode diskusi, maka akan ditemukan pula cara-cara mengatasinya.
            Sepanjang penelitian ini penulis belum menemukan pengaruh dari penerapan metode diskusi dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee. Kenyataan ini merupakan salah satu dorongan bagi penulis untuk segera melaksanakan penelitian terkait masalah ini.    
            Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan skripsi ini dengan judul: “Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran SKI dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus di MTsN Batee)”.

B.       Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji masalah ini melalui suatu penelitian ilmiah, supaya akan terungkap
masalah yang sebenarnya terjadi.
            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana peran guru dalam penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee ?
  2. Bagaimana penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee ?
  3. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa MTsN Batee ?

C.      Penjelasan Istilah

            Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menyajikan beberapa penjelasan istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi. Hal ini penulis lakukan adalah semata-mata agar terhindar dari pola asumsi yang salah dalam memahami isi karya ilmiah ini.
            Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan di sini adalah:
  1. Penerapan
            Penerapan ialah “proses atau cara perbuatan menerapkan”.[3] Berdasarkan pengertian tersebut, penerapan yang penulis maksudkan ialah perbuatan menerapkan metode diskusi terhadap siswa MTsN Batee dalam pembelajaran SKI.
  1. Metode Diskusi
            Metode diskusi merupakan “metode mengajar dengan cara bertanya jawab, baik guru dengan siswa maupun antar sesama siswa terhadap suatu materi yang sedang disajikan”.[4]
  1. Pembelajaran SKI
            Bidang studi SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) adalah “suatu pelajaran yang menjelaskan tentang sejarah-sejarah Islam yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.”.[5]
            Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran SKI yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah suatu mata pelajaran yang menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Rasullah SAW, agar siswa MTsN Batee dapat mengambil Ibrah (pelajaran) untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


  1. Pengaruh
            Menurut W.J.S. Poerwadarminta, kata pengaruh diartikan “Dampak yang ada atau yang timbul dari suatu akibat (orang, benda) yang membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.[6]
            Pengaruh yang penulis maksud di sini adalah sesuatu  yang timbul dan akan membawa dampak terhadap hasil belajar siswa MTsN Batee.
  1. Hasil Belajar
            Hasil belajar pada umumnya adalah nilai yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Menurut Hadari, hasil belajar adalah: “Nilai keberhasilan di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran”.[7]
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyajikan materi pelajaran, sehingga siswa MTsN Batee dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
  1. Siswa
            Siswa atau yang sering disebut dengan anak didik atau peserta didik yaitu: “Seseorang yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, di mana mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten untuk menuju ke arah perkembangan secara
optimal”.[8]
            Sedangkan yang penulis maksud dengan siswa adalah peserta didik yang berusaha untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui proses atau jenjang pendidikan tertentu dengan bimbingan dan pengarahan untuk menuju ke tahap perkembangan yang lebih baik.
D.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
            Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui peran guru dalam penerapan metode diskusi dalam
pembelajaran SKI di MTsN Batee.
  1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode diskusi  dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee.
  2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode diskusi  terhadap hasil belajar siswa di MTsN Batee.
            Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
  1. Guru dapat menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI dengan baik.
  2. Siswa dapat belajar dengan menggunakan metode diskusi yang diajarkan guru.






E.       Hipotesis


            Hipotesis merupakan “Kesimpulan sementara terhadap masalah penelitian”.[9] Dari definisi tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa hipotesis adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara yang berbentuk pernyataan yang dirumuskan sebelum peneliti mengadakan penelitian di lapangan dan akan di uji kebenarannya setelah peneliti mendapatkan sejumlah data yang dimaksud dari tempat penelitian.
            Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.      Guru telah menerapkan metode diskusi dalam Pembelajaran SKI tetapi belum berjalan secara optimal disebabkan kurangnya motivasi guru dan siswa.
2.      Siswa kurang aktif dalam pembelaran SKI disebabkan karena kurangnya kompetensi guru dalam menerapkan metode diskusi.
  1. Salah satu yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah ketidak mampuan guru dalam menerapkan metode diskusi dengan baik.






BAB II
METODE DISKUSI DAN HASIL BELAJAR SISWA

A.      Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI

1.      Pengertian Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode diskusi adalah “Memberikan alternatif  jawaban untuk mebantu memecahkan berbagai masalah kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam”.[10]
            Definisi yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode diskusi adalah “Cara penyajian materi, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama”.[11]
            Sedangkan menurut Suryosubroto, metode diskusi adalah suatu “Cara penyajian bahan pelajaran di man guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
atas pemecahan sesuatu masalah”.[12]
Seperti yang dikemukakan oleh Abuddin Nata, bahwa metode diskusi adalah “Salah satu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang dapat berbentuk pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama”.[13]
            Dari ketiga pengertian metode diskusi yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat penulis simpulkan, bahwa metode diskusi dalam pembelajaran SKI adalah suatu cara penyajian yang ditempuh oleh pendidik untuk diterapkan dalam pembelajaran SKI untuk menghidupkan suasana belajar yang aktif dan efektif dengan adanya saling bertukar pendapat atau ide dalam memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang ada dalam materi yang sedang disajikan.
                        Metode diskusi merupakan metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam suatu pembelajaran selalu diperlukan metode yang tepat untuk membuat suatu materi bisa disampaikan dengan jelas dan mengena pada objek yang dituju. Banyak sekali jenis metode dalam pembelajaran untuk tujuan ini, salah satu di antaranya adalah metode dengan cara diskusi.
                        Metode diskusi merupakan metode yang dirasa paling efektif bukan hanya untuk menyampaikan materi secara lebih jelas, melainkan juga sangat baik dalam melatih komukasi dan keberanian siswa dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Hal ini sangat mendukung arti yang sebenarnya dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Beberapa keunggulan metode diskusi dari metode yang lainnya adalah:
                        Metode ini sangat mendukung anak didik, dalam memperluas wawasan mereka tentang sesuatu yang menumbuhkan sifat toleransi (menghargai pendapat orang lain), menanamkan jiwa kreatifitas dan aktivitas merangsang anak didik berperan aktif memunculkan ide atau gagasan dalam memecahkan suatu masalah, khususnya dalam pembelajaran SKI.
                        Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar yang kegunaannya:
a.    Untuk mendorong siswa berpikir kritis
b.    untuk mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
c.    untuk mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya
d.   untuk memecahkan masalah bersama dan mengambil satu alternatif           jawaban atau beberapa alternatif jawaban
e.    untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.[14]

                    Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif. Semakin banyak siswa yang terlibat dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu juga diperhatikan bagaimana peran guru, ”Jika guru terlalu banyak campur tangan dan main perintah, maka siswa tidak dapat belajar banyak”.[15] Jadi dalam hal ini guru hanya mengontrol dan mengamati jalannya diskusi agar tidak terjadinya keributan antar siswa dalam mempertahankan pendapat mereka masing-masing.
2.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI
a.         Beberapa kelebihan metode diskusi dalam pembelajaran SKI menurut djamrah , hal199 antara lain:
1)        Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan                              berbagai jalan dan bukan satu jalan.
2)        Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling                                 mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh                                   keputusan yang lebih baik.
3)        Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain,                             sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan                                  bersikap toleran.[16]

      Kelebihan metode diskusi menurut Suryosubroto yaitu:

1)      Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
2)      Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
3)      Metode diskusi dapat menumbuhkan cara dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
4)      Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
5)      Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.[17] Suryosubroto , hal.185.

            Adapun kelebihan metode diskusi menurut Djamarah dan Zain ialah:

1)      Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2)      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3)      Memperluas wawasan.
4)      Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.[18] Hal. 99

b.         Kekurangan metode diskusi
1)      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3)      Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4)      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. Djamarah dan zain, hal. 99

Menurut subroto,












b.      Kelebihan metode diskusi
                 Setiap metode dalam sebuah pembelajaran mempunyai kelebihan, adapun kelebihan yang ada pada metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1)      Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan             berbagai macam jalan.
2)      Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling    mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh       keputusan yang lebih baik.
3)      Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain             sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

          Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dalam mencari jalan terbaik. Oleh karena itu, maka musyawarah atau diskusilah yang memberi kemungkinan pemecahan yang terbaik pula. Apabila suatu masalah sudah dipecahkan  dan pemecahannya meminta kegiatan untuk dikerjakan secara bersama-sama, maka sangatlah bermanfaat bila orang-orang yang diharapkan berpartisipasi mengetahui dahulu masalahnya dan turut serta dalam membahas pemecahannya.
          Jenis pertanyaan yang layak didiskusikan antara lain:
1. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya.
2. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari satu yang dapat dipertahankan kebenarannya.
3.    Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang paling benar”, tetapi lebih mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan membandingkan.
2.
          Selain memiliki kelebihan, metode diskusi juga mempunyai kekurangan, di antaranya:
a)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
b)Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
c)Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara, dan
d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
(syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, jakarta PT. Rineka cipta , 2000, hal 199

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan diskusi
Mengingat begitu banyak manfaat metode ini jika ditarapkan dalam pembelajaran, maka guru harus sesekali atau bahkan seringkali menggunakan cara yang satu ini dalam mengajar.
Guru dalam rangka menerapkn metode ini di dalam kelasnya antara lain:
          Persiapkan alat dan sarana pendukung diskusi, seperti: meja benar-benar harus mewadahi forum diskusi, ditata melingkar sehingga semua siswa dapat berperan serta dan fokus terhadap apa yang akan didiskusikan.
          Siapkan materi diskusi yang harus menjadi pegangan bagi para siswa. Pada hari sebelum diskusi diadakan, sebaiknya guru memberitahu siswa tema apa yang akan dibahas dlam diskusi, sehingga siswa akan memiliki bahan-bahan untuk disiapkan.
          2. mengguanakan sistem panel
Daalam hal ini anda sebagai guru boleh menunjuk beberapa anak didik untuk menjadi panelis dalam kegiatan diskusi. Panelis-panelis ini yang nantinya akan memperagakan proses tukar pendapat mereka di depan kelas, sehingga akan memacu semangat teman-temannya yang lain untuk ikut aktif.
          Penunjukkan panelis ini diusahakan pada anak-anak yang aktif sehingga semangat mereka bisa menular ke anak didik yang lain.
          Pilih topik yang menarik untuk disajikan, dan mengundi topik-topik yang yang telah ditulis setiap kali tampil.
4) beri kesimpulan diakhir diskusi
Pada setiap akhir diskusi, biasakan untuk memberi kesimpulan, terhadap poin-poin yang sudah didiskusikan, sehingga siswa-siswa yang ada dalam diskusi tersebut mendapat penilaian paling bagus dalam hal keaktifan atau keunggulan pendapatnya sehingga pada pertemuan diskusi selanjutnya akan merangsang siswa lain untuk melakukan hal yang lebih baik lagi

         















Langkah-langkah penerapan metode diskusi
Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan dengan baik, lancar dan menghasilkan tujuan belajar yang efektif  dapat menggunakan dan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini:
a)      Persiapan
Memberikan kondisi belajar siswa (kegiatan awal) memberikan informasi atau penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi, mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi atau tempat, peserta dan waktu pelaksanaan diskusi.
b)      Pelaksanaan melakukan diskusi. Guru merangsang seluruh peserta dalam berdiskusi memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berperan aktif , mencatat tanggapan, saran atau ide-ide yang penting.
c)      Evaluasi
Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan diskusi, menilai hasil diskusi (syaiful bahri djamarah dan aswan zain, 1995 hal 113.
d)      
Karakteristik : penggunaan metode diskusi pada hakikatnya lebih disukai peserta didik ketimbang dengan ceramah, teknik bertanya menjadi kunci keberhasilan metode diskusi, guru harus mampu menciptakan satu lingkungan yang mendukung suasana emosional dan intelektual agar siswa mampu mengambil resiko yang timbul sebagai akibat dari proses diskusi.

Tujuan dan mamfaat: memberikan motivasi kepada siswa untuk menerapkan  informasi dalam situasi yang baru, meningkatakan kecakapan siswa untuk berpikir, meningkatkan kecakapan siswa untuk bertanya, melatih kecerdasan emosional.





















































































B.       Pengertian Hasil Belajar dan Macam-macamnya
1. Pengertian hasil belajar
            Dengan berakhir suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Secara umum menurut kamus W.J.S. Poerwadarminta mengartikan “hasil” adalah “Suatu yang diadakan, dibuat, dijadikan, dan sebagainya”.[19]  Menurut definisi yang dikemukakan Aunurrahman, belajar adalah “Suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotor untuk memperoleh suatu tujuan tertentu”.[20] Sedangkan hasil belajar pada umumnya adalah “Nilai yang diperoleh dalam proses belajar mengajar”.[21]
                        Selanjutnya definisi yang dikemukakan oleh Sudjana, bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotik”.[22]
            Menurut Winataputra, hasil belajar merupakan “Bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas”.[23] Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar.
            Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.[24] Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
            Dari beberapa definisi hasil belajar yang dirumuskan oleh para ahli di atas dapat penulis simpulkan, bahwa hasil belajar adalah nilai keberhasilan yang diperoleh baik berupa tingkah laku maupun nilai keberhasilanya yang diperoleh dari hasil test yang diadakan dalam sejumlah materi pembelajaran. Belajar merupakan dorongan dan kebutuhan yang tumbuh dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
          Dikatakan seorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan sehingga menuju terbentuknya kepribadian yang matang, guru berusaha membawa perubahan tingkah laku murid-muridnya lewat proses pembelajaran. Dalam hal ini belajar adalah sebuah proses di mana seseorang ingin menguasai sebuah ilmu untuk menuju kepada sebuah perubahan, peran guru di sini adalah: menolong, membimbing, mengembangkan skill, cita-cita yang ada pada anak didiknya, sehingga tercapai proses pendidikan dalam proses belajar mengajar.
            Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan, hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respons, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotor mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.[25]

          Berdasarkan uraian di atas dapat juga diartikan bahwa hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi atau intelegensi saja, melainkan ketiga ranah tersebut harus tumbuh dan berkembang selaras.
            Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
2. Macam-macam Hasil Belajar
            Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari segi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.[26]
            Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua dampak yaitu: dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan, dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.[27]
            Menurut pemikiran Gagne yang dikutip oleh Dimyati, hasil belajar berupa:
  1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan yang spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan simbol, pemecahan masalah maupun penerapan utama.
  2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
  3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan  ini meliputi penggunaan konsep dan kaedah dalam memecahkan masalah.
  4. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
  5. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.[28]

            Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horwd Kingsley seperti yang dikutip Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: ketrampilan, pengetahuan, dan sikap. Masing-masing jenis hasil belajar tersebut diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.[29]
            Hasil belajar dapat berupa perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak penerimaan stimulus ekstrenal oleh sensor dan pengolahan dalam otak menjadi informasi sehingga informasi itu diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Hasil belajar afektif Krathwohl seperti yang dikutip oleh Purwanto membagi hasil belajar menjadi lima tingkat, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi atau karakterisasi. Hasil belajar psikomotor Gronlund dan Linn, mengklasifikasikan hasil belajar psikomotor menjadi enam persepsi, yaitu: kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.[30]
C.      Peran Guru dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa
           



Menurut Oemar Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36)hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
          Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

          Hasil belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005:895) berarti:
Penguasaan  pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnyaditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
          Kemampuan yang dapat diamati dan yang dapat diukur langsung dengan tes tententu.
Menurut Sumadi Suryabrata (2006:297), prestasi dapat pula didefinisikan sebagai berikut: “nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/ prestasi belajar siswa selama masa tertentu
         
Menurut Nana Sudjana (2009:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotik.
Menurut Udin S. Winataputra (2007: 1.10), merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiapkegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Menurut Suratinah Tirtonegoro (2001:34) penilaian hasil adalah usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa alam periode tertentu.
Menurut Darmansyah (2006:13), hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka, setelah siswa menjalani proses pembelajaran
Cece Rahmat dalam Abidin (2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang telah diberikan guru.

Referensi
Zainal Abidin, 2004. Evaluasi pengajaran, padang: UNP.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran , Jakarta: Rineka Cipta.
Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suratinah Tirtonegoro 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara.
Udin S. Winataputra dkk, 2007. Teori belajar dan pembelajran, jakarta: rineka Cipta






















































































































































































           








Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 2001), hal.  98
[2] Ibid, hal. 99
                [3] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 389
                                [4] Sastrapradja , Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), hal. 389
                [5] Departemen Agama RI, Kurikulum MTsN 2004, Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 6
                [6] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa..., hal. 629
                [7] Hadari Nawawi, Perundang-undangan Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal. 38
                [8] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hal. 144
[9] Rusdin Pohan, Metode Penelitian Pendidikan, (Banda Aceh: Ar-Rijal Institute, 2007), hal. 31BAB I

PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang

       Metode diskusi merupakan metode yang dirasa paling efektif bukan hanya untuk menyampaikan materi secara lebih jelas, melainkan juga sangat baik dalam melatih komukasi dan keberanian siswa dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Hal ini sangat mendukung arti yang sebenarnya dalam proses belajar mengajar itu sendiri.  Hasil belajar adalah nilai keberhasilan yang diperoleh baik berupa tingkah laku maupun nilai keberhasilannya yang diperoleh dari hasil test yang diadakan dalam sejumlah materi pembelajaran. Hubungan metode diskusi dengan hasil belajar siswa sangat erat kaitannya, karena dengan penerapan metode diskusi yang tepat dalam pembelajaran maka akan dapat  meningkatkan hasil belajar siswa.[1]
            Sebelum menerapkan metode dalam proses belajar mengajar, maka perlu adanya pendekatan terlebih dahulu, baik dengan materi yang akan diajarkan maupun dengan siswa, supaya tidak menimbulkan kejanggalan ketika menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran.
            Metode yang diterapkan harus sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolah. Akan tetapi guru harus mampu mengendali suasana kelas, sebelum menerapkan metode hendaknya guru memperkenalkan metode yang akan digunakan agar metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran mendapat perhatian  siswa. Pada dasarnya tidak ada suatu metode khusus yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu beragam metode dapat diterapkan guru untuk mencapai pembelajaran aktif, karena hal ini dapat mempengaruhi input dan pengetahuan yang mereka serap.[2]
            Salah satu metode yang digunakan di MTsN Batee adalah metode diskusi, meskipun guru telah pernah menerapkan metode tersebut dengan baik, namun belum berjalan secara optimal. Sehingga sebagian siswa ada yang merasa jenuh mendiskusikan pembelajaran SKI di ruangan kelas. Hal ini terbukti adanya siswa yang tidak bisa mendiskusikan pembelajaran ketika penyajian materi berlangsung.
            Dalam hal ini perlu diadakan penelitian, mengingat penelitian ini amatlah penting dilakukan karena penerapan metode diskusi khususnya dalam pembelajaran SKI belum mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Jika terdapat kendala dalam penerapan metode diskusi, maka akan ditemukan pula cara-cara mengatasinya.
            Sepanjang penelitian ini penulis belum menemukan pengaruh dari penerapan metode diskusi dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee. Kenyataan ini merupakan salah satu dorongan bagi penulis untuk segera melaksanakan penelitian terkait masalah ini.    
            Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan skripsi ini dengan judul: “Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran SKI dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi Kasus di MTsN Batee)”.

B.       Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji masalah ini melalui suatu penelitian ilmiah, supaya akan terungkap
masalah yang sebenarnya terjadi.
            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana peran guru dalam penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee ?
  2. Bagaimana penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee ?
  3. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi terhadap hasil belajar siswa MTsN Batee ?

C.      Penjelasan Istilah

            Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin menyajikan beberapa penjelasan istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi. Hal ini penulis lakukan adalah semata-mata agar terhindar dari pola asumsi yang salah dalam memahami isi karya ilmiah ini.
            Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan di sini adalah:
  1. Penerapan
            Penerapan ialah “proses atau cara perbuatan menerapkan”.[3] Berdasarkan pengertian tersebut, penerapan yang penulis maksudkan ialah perbuatan menerapkan metode diskusi terhadap siswa MTsN Batee dalam pembelajaran SKI.
  1. Metode Diskusi
            Metode diskusi merupakan “metode mengajar dengan cara bertanya jawab, baik guru dengan siswa maupun antar sesama siswa terhadap suatu materi yang sedang disajikan”.[4]
  1. Pembelajaran SKI
            Bidang studi SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) adalah “suatu pelajaran yang menjelaskan tentang sejarah-sejarah Islam yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW.”.[5]
            Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran SKI yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah suatu mata pelajaran yang menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Rasullah SAW, agar siswa MTsN Batee dapat mengambil Ibrah (pelajaran) untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


  1. Pengaruh
            Menurut W.J.S. Poerwadarminta, kata pengaruh diartikan “Dampak yang ada atau yang timbul dari suatu akibat (orang, benda) yang membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.[6]
            Pengaruh yang penulis maksud di sini adalah sesuatu  yang timbul dan akan membawa dampak terhadap hasil belajar siswa MTsN Batee.
  1. Hasil Belajar
            Hasil belajar pada umumnya adalah nilai yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Menurut Hadari, hasil belajar adalah: “Nilai keberhasilan di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran”.[7]
            Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyajikan materi pelajaran, sehingga siswa MTsN Batee dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
  1. Siswa
            Siswa atau yang sering disebut dengan anak didik atau peserta didik yaitu: “Seseorang yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, di mana mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten untuk menuju ke arah perkembangan secara
optimal”.[8]
            Sedangkan yang penulis maksud dengan siswa adalah peserta didik yang berusaha untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui proses atau jenjang pendidikan tertentu dengan bimbingan dan pengarahan untuk menuju ke tahap perkembangan yang lebih baik.
D.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
            Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui peran guru dalam penerapan metode diskusi dalam
pembelajaran SKI di MTsN Batee.
  1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode diskusi  dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee.
  2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode diskusi  terhadap hasil belajar siswa di MTsN Batee.
            Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
  1. Guru dapat menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI dengan baik.
  2. Siswa dapat belajar dengan menggunakan metode diskusi yang diajarkan guru.






E.       Hipotesis


            Hipotesis merupakan “Kesimpulan sementara terhadap masalah penelitian”.[9] Dari definisi tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa hipotesis adalah dugaan atau jawaban yang bersifat sementara yang berbentuk pernyataan yang dirumuskan sebelum peneliti mengadakan penelitian di lapangan dan akan di uji kebenarannya setelah peneliti mendapatkan sejumlah data yang dimaksud dari tempat penelitian.
            Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.      Guru telah menerapkan metode diskusi dalam Pembelajaran SKI tetapi belum berjalan secara optimal disebabkan kurangnya motivasi guru dan siswa.
2.      Siswa kurang aktif dalam pembelaran SKI disebabkan karena kurangnya kompetensi guru dalam menerapkan metode diskusi.
  1. Salah satu yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah ketidak mampuan guru dalam menerapkan metode diskusi dengan baik.






BAB II
METODE DISKUSI DAN HASIL BELAJAR SISWA

A.      Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI

1.      Pengertian Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode diskusi adalah “Memberikan alternatif  jawaban untuk mebantu memecahkan berbagai masalah kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam”.[10]
            Definisi yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, metode diskusi adalah “Cara penyajian materi, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama”.[11]
            Sedangkan menurut Suryosubroto, metode diskusi adalah suatu “Cara penyajian bahan pelajaran di man guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
atas pemecahan sesuatu masalah”.[12]
Seperti yang dikemukakan oleh Abuddin Nata, bahwa metode diskusi adalah “Salah satu cara penyajian pelajaran dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah yang dapat berbentuk pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama”.[13]
            Dari ketiga pengertian metode diskusi yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat penulis simpulkan, bahwa metode diskusi dalam pembelajaran SKI adalah suatu cara penyajian yang ditempuh oleh pendidik untuk diterapkan dalam pembelajaran SKI untuk menghidupkan suasana belajar yang aktif dan efektif dengan adanya saling bertukar pendapat atau ide dalam memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang ada dalam materi yang sedang disajikan.
                        Metode diskusi merupakan metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam suatu pembelajaran selalu diperlukan metode yang tepat untuk membuat suatu materi bisa disampaikan dengan jelas dan mengena pada objek yang dituju. Banyak sekali jenis metode dalam pembelajaran untuk tujuan ini, salah satu di antaranya adalah metode dengan cara diskusi.
                        Metode diskusi merupakan metode yang dirasa paling efektif bukan hanya untuk menyampaikan materi secara lebih jelas, melainkan juga sangat baik dalam melatih komukasi dan keberanian siswa dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Hal ini sangat mendukung arti yang sebenarnya dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Beberapa keunggulan metode diskusi dari metode yang lainnya adalah:
                        Metode ini sangat mendukung anak didik, dalam memperluas wawasan mereka tentang sesuatu yang menumbuhkan sifat toleransi (menghargai pendapat orang lain), menanamkan jiwa kreatifitas dan aktivitas merangsang anak didik berperan aktif memunculkan ide atau gagasan dalam memecahkan suatu masalah, khususnya dalam pembelajaran SKI.
                        Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar yang kegunaannya:
a.    Untuk mendorong siswa berpikir kritis
b.    untuk mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
c.    untuk mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya
d.   untuk memecahkan masalah bersama dan mengambil satu alternatif           jawaban atau beberapa alternatif jawaban
e.    untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.[14]

                    Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif. Semakin banyak siswa yang terlibat dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu juga diperhatikan bagaimana peran guru, ”Jika guru terlalu banyak campur tangan dan main perintah, maka siswa tidak dapat belajar banyak”.[15] Jadi dalam hal ini guru hanya mengontrol dan mengamati jalannya diskusi agar tidak terjadinya keributan antar siswa dalam mempertahankan pendapat mereka masing-masing.
2.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI
a.         Beberapa kelebihan metode diskusi dalam pembelajaran SKI menurut djamrah , hal199 antara lain:
1)        Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan                              berbagai jalan dan bukan satu jalan.
2)        Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling                                 mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh                                   keputusan yang lebih baik.
3)        Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain,                             sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan                                  bersikap toleran.[16]

      Kelebihan metode diskusi menurut Suryosubroto yaitu:

1)      Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
2)      Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
3)      Metode diskusi dapat menumbuhkan cara dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
4)      Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
5)      Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.[17] Suryosubroto , hal.185.

            Adapun kelebihan metode diskusi menurut Djamarah dan Zain ialah:

1)      Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2)      Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3)      Memperluas wawasan.
4)      Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.[18] Hal. 99

b.         Kekurangan metode diskusi
1)      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
3)      Peserta mendapat informasi yang terbatas.
4)      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. Djamarah dan zain, hal. 99

Menurut subroto,












b.      Kelebihan metode diskusi
                 Setiap metode dalam sebuah pembelajaran mempunyai kelebihan, adapun kelebihan yang ada pada metode diskusi yaitu sebagai berikut:
1)      Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan             berbagai macam jalan.
2)      Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling    mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh       keputusan yang lebih baik.
3)      Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain             sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

          Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dalam mencari jalan terbaik. Oleh karena itu, maka musyawarah atau diskusilah yang memberi kemungkinan pemecahan yang terbaik pula. Apabila suatu masalah sudah dipecahkan  dan pemecahannya meminta kegiatan untuk dikerjakan secara bersama-sama, maka sangatlah bermanfaat bila orang-orang yang diharapkan berpartisipasi mengetahui dahulu masalahnya dan turut serta dalam membahas pemecahannya.
          Jenis pertanyaan yang layak didiskusikan antara lain:
1. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya.
2. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari satu yang dapat dipertahankan kebenarannya.
3.    Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang paling benar”, tetapi lebih mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan membandingkan.
2.
          Selain memiliki kelebihan, metode diskusi juga mempunyai kekurangan, di antaranya:
a)      Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
b)Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
c)Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara, dan
d) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
(syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, jakarta PT. Rineka cipta , 2000, hal 199

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan diskusi
Mengingat begitu banyak manfaat metode ini jika ditarapkan dalam pembelajaran, maka guru harus sesekali atau bahkan seringkali menggunakan cara yang satu ini dalam mengajar.
Guru dalam rangka menerapkn metode ini di dalam kelasnya antara lain:
          Persiapkan alat dan sarana pendukung diskusi, seperti: meja benar-benar harus mewadahi forum diskusi, ditata melingkar sehingga semua siswa dapat berperan serta dan fokus terhadap apa yang akan didiskusikan.
          Siapkan materi diskusi yang harus menjadi pegangan bagi para siswa. Pada hari sebelum diskusi diadakan, sebaiknya guru memberitahu siswa tema apa yang akan dibahas dlam diskusi, sehingga siswa akan memiliki bahan-bahan untuk disiapkan.
          2. mengguanakan sistem panel
Daalam hal ini anda sebagai guru boleh menunjuk beberapa anak didik untuk menjadi panelis dalam kegiatan diskusi. Panelis-panelis ini yang nantinya akan memperagakan proses tukar pendapat mereka di depan kelas, sehingga akan memacu semangat teman-temannya yang lain untuk ikut aktif.
          Penunjukkan panelis ini diusahakan pada anak-anak yang aktif sehingga semangat mereka bisa menular ke anak didik yang lain.
          Pilih topik yang menarik untuk disajikan, dan mengundi topik-topik yang yang telah ditulis setiap kali tampil.
4) beri kesimpulan diakhir diskusi
Pada setiap akhir diskusi, biasakan untuk memberi kesimpulan, terhadap poin-poin yang sudah didiskusikan, sehingga siswa-siswa yang ada dalam diskusi tersebut mendapat penilaian paling bagus dalam hal keaktifan atau keunggulan pendapatnya sehingga pada pertemuan diskusi selanjutnya akan merangsang siswa lain untuk melakukan hal yang lebih baik lagi

         















Langkah-langkah penerapan metode diskusi
Agar proses pembelajaran dengan metode diskusi berjalan dengan baik, lancar dan menghasilkan tujuan belajar yang efektif  dapat menggunakan dan memperhatikan langkah-langkah di bawah ini:
a)      Persiapan
Memberikan kondisi belajar siswa (kegiatan awal) memberikan informasi atau penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi, mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi atau tempat, peserta dan waktu pelaksanaan diskusi.
b)      Pelaksanaan melakukan diskusi. Guru merangsang seluruh peserta dalam berdiskusi memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berperan aktif , mencatat tanggapan, saran atau ide-ide yang penting.
c)      Evaluasi
Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan diskusi, menilai hasil diskusi (syaiful bahri djamarah dan aswan zain, 1995 hal 113.
d)      
Karakteristik : penggunaan metode diskusi pada hakikatnya lebih disukai peserta didik ketimbang dengan ceramah, teknik bertanya menjadi kunci keberhasilan metode diskusi, guru harus mampu menciptakan satu lingkungan yang mendukung suasana emosional dan intelektual agar siswa mampu mengambil resiko yang timbul sebagai akibat dari proses diskusi.

Tujuan dan mamfaat: memberikan motivasi kepada siswa untuk menerapkan  informasi dalam situasi yang baru, meningkatakan kecakapan siswa untuk berpikir, meningkatkan kecakapan siswa untuk bertanya, melatih kecerdasan emosional.





















































































B.       Pengertian Hasil Belajar dan Macam-macamnya
1. Pengertian hasil belajar
            Dengan berakhir suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Secara umum menurut kamus W.J.S. Poerwadarminta mengartikan “hasil” adalah “Suatu yang diadakan, dibuat, dijadikan, dan sebagainya”.[19]  Menurut definisi yang dikemukakan Aunurrahman, belajar adalah “Suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotor untuk memperoleh suatu tujuan tertentu”.[20] Sedangkan hasil belajar pada umumnya adalah “Nilai yang diperoleh dalam proses belajar mengajar”.[21]
                        Selanjutnya definisi yang dikemukakan oleh Sudjana, bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotik”.[22]
            Menurut Winataputra, hasil belajar merupakan “Bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas”.[23] Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar.
            Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.[24] Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
            Dari beberapa definisi hasil belajar yang dirumuskan oleh para ahli di atas dapat penulis simpulkan, bahwa hasil belajar adalah nilai keberhasilan yang diperoleh baik berupa tingkah laku maupun nilai keberhasilanya yang diperoleh dari hasil test yang diadakan dalam sejumlah materi pembelajaran. Belajar merupakan dorongan dan kebutuhan yang tumbuh dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
          Dikatakan seorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan sehingga menuju terbentuknya kepribadian yang matang, guru berusaha membawa perubahan tingkah laku murid-muridnya lewat proses pembelajaran. Dalam hal ini belajar adalah sebuah proses di mana seseorang ingin menguasai sebuah ilmu untuk menuju kepada sebuah perubahan, peran guru di sini adalah: menolong, membimbing, mengembangkan skill, cita-cita yang ada pada anak didiknya, sehingga tercapai proses pendidikan dalam proses belajar mengajar.
            Menurut Bloom yang dikutip oleh Agus Suprijono, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan, hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respons, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotor mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.[25]

          Berdasarkan uraian di atas dapat juga diartikan bahwa hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi atau intelegensi saja, melainkan ketiga ranah tersebut harus tumbuh dan berkembang selaras.
            Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
2. Macam-macam Hasil Belajar
            Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari segi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.[26]
            Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua dampak yaitu: dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan, dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.[27]
            Menurut pemikiran Gagne yang dikutip oleh Dimyati, hasil belajar berupa:
  1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan yang spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan simbol, pemecahan masalah maupun penerapan utama.
  2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
  3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan  ini meliputi penggunaan konsep dan kaedah dalam memecahkan masalah.
  4. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
  5. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.[28]

            Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horwd Kingsley seperti yang dikutip Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: ketrampilan, pengetahuan, dan sikap. Masing-masing jenis hasil belajar tersebut diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.[29]
            Hasil belajar dapat berupa perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak penerimaan stimulus ekstrenal oleh sensor dan pengolahan dalam otak menjadi informasi sehingga informasi itu diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Hasil belajar afektif Krathwohl seperti yang dikutip oleh Purwanto membagi hasil belajar menjadi lima tingkat, yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi atau karakterisasi. Hasil belajar psikomotor Gronlund dan Linn, mengklasifikasikan hasil belajar psikomotor menjadi enam persepsi, yaitu: kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.[30]
C.      Peran Guru dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa
           



Menurut Oemar Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36)hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
          Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

          Hasil belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005:895) berarti:
Penguasaan  pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnyaditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
          Kemampuan yang dapat diamati dan yang dapat diukur langsung dengan tes tententu.
Menurut Sumadi Suryabrata (2006:297), prestasi dapat pula didefinisikan sebagai berikut: “nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/ prestasi belajar siswa selama masa tertentu
         
Menurut Nana Sudjana (2009:3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotik.
Menurut Udin S. Winataputra (2007: 1.10), merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa di mana setiapkegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Menurut Suratinah Tirtonegoro (2001:34) penilaian hasil adalah usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa alam periode tertentu.
Menurut Darmansyah (2006:13), hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka, setelah siswa menjalani proses pembelajaran
Cece Rahmat dalam Abidin (2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menjalani proses pembelajaran yang telah diberikan guru.

Referensi
Zainal Abidin, 2004. Evaluasi pengajaran, padang: UNP.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran , Jakarta: Rineka Cipta.
Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suratinah Tirtonegoro 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara.
Udin S. Winataputra dkk, 2007. Teori belajar dan pembelajran, jakarta: rineka Cipta






















































































































































































           







Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 2001), hal.  98
[2] Ibid, hal. 99
                [3] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 389
                                [4] Sastrapradja , Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), hal. 389
                [5] Departemen Agama RI, Kurikulum MTsN 2004, Standar Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hal. 6
                [6] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa..., hal. 629
                [7] Hadari Nawawi, Perundang-undangan Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal. 38
                [8] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hal. 144
[9] Rusdin Pohan, Metode Penelitian Pendidikan, (Banda Aceh: Ar-Rijal Institute, 2007), hal. 31
                [10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 198
                [11] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II, (Jakarta: Rineka cipta), hal. 99
        [12] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 179
                                [14] Syaiful Bahri Djamarah, Metode Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 72
[15] Suryosubroto, proses belajar mengajar..., hal. 180
                [19] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 391

        [20] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2001), hal. 35
        [21] Ibid
                        [22] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 3
                [23] Udin S. Winataputra dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 10
                [24] Dimyati dan Mudjiono,  Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 3-4
        [25] Agus suprijono, cooperative learning, Cet. I, (jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 5
        [26] Dimyati dan Mudjiono,  Belajar dan..., hal.  4-6
[27] Ibid, hal. 6
[28] Ibid, hal. 7-8
                [10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 198
                [11] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II, (Jakarta: Rineka cipta), hal. 99
        [12] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 179
                                [14] Syaiful Bahri Djamarah, Metode Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hal. 72
[15] Suryosubroto, proses belajar mengajar..., hal. 180
                [19] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal. 391

        [20] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2001), hal. 35
        [21] Ibid
                        [22] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 3
                [23] Udin S. Winataputra dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 10
                [24] Dimyati dan Mudjiono,  Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 3-4
        [25] Agus suprijono, cooperative learning, Cet. I, (jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 5
        [26] Dimyati dan Mudjiono,  Belajar dan..., hal.  4-6
[27] Ibid, hal. 6
[28] Ibid, hal. 7-8

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email