KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan
sesuai yang diharapkan.Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, kapada keluarganya para sahabatnya hingga
kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Selanjutnya makalah ini diberi judul “Kepribadian
“ yang merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Bimbingan
Peserta Didik pada AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN DIPLOMA III Tahun Akademik 2014/2015
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan guna perbaikan penulisan makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mempelajari psikologi tidak lepas dari
mempelajari tentang jiwa, kepribadian seseorang dalam setiap perbuatan tingkah
laku dalam kesehariannya.
Khusus dalam mempelajari kepribadian seseorang tidak
hanya dapat dilihat dari tampak luarnya saja, karena sering kali apa yang
terlihat dari luar tidak sama dengan kenyataan yang terjadi, yang dialami
seseorang, semua yang tampak dari luar hanyalah sebagai topeng saja.
Manusia adalah makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial,
terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu
yang lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan
ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami
secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan
mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang
berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil
dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan
kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa
perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan
dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah
belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada
beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai
makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk
yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kepribadian
2. Faktor yang mempengaruhi kepribadian
3. Apa pengertian teori belajar
4. Beberapa teori belajar
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari
Kepribadian
2. Untuk Mengetahui Factor-Faktor Yang
Mempengaruhi Dari Kepribadian
3. Untuk Mengetahui Pengertian Teori
Belajar
4. Untuk Mengetahui Bebrapa Teori Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
pengertian Kepribadian
Pengertian kepribadian adalah ciri – ciri watak seseorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang
khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri
watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah
lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang
berada dari individu – individu. ( Koetjaraningrat, 1985:102).
Pengertian kepribadian menurut para ahli sebagai
berikut :
1. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan
perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
2. Menurut M.A.W Bouwer kepribadian
adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
3. Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan
keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
4. Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian
adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
5. Menurut Horton
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen
seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang
mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga
menjadi ciri khas pribadinya.
6. Menurut Schever Dan
Lamm mendefinisikan kepribadian sebagai
keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola
berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan
pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten
dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
7. Menurut Roucek dan Warren Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
Dari pengertian yang
diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa
yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat
khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola
pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan
kebiasaan umum.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara
lain:
1) Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau
seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat
badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat
kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada
pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik
tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat
; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk
juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat,
peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak,
peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah
sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang
diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat
tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima
dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka
pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat
diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
3)
Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan.
Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain:
1. Nilai-nilai (Values)
Di dalam
setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai
anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
2. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai
yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
3. Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
4. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa
merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan.
Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa
itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta
bergaul dengan orang lain.
5. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju
kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang
dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi
kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah
organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari
perilaku individu. Faktor biologis misalnya, sistem syaraf, proses pendewasaan,
dan kelainan biologis lainnya, sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur
temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain-lain.
Dan yang terakhir, adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup
kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang
berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai
dewasa selalu belajar dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan
mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan
perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu
kepribadian.
Berikut ini adalah beberapa
kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1.
Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor ke daerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan
Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2.
Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life
).
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota
dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka
dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang
anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (
sense of value ).
3.
Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang
kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara
berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu
senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama,
menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4.
Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda di kalangan umatnya.
5.
Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai
kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga
sudah biasa berpindah tempat tinggal.
D. Hubungan
Kepribadian dengan Keragaman Individu.
Keesing (1989, 1 : 95 ) menyatakan Asumsi – asumsi dasar tersebut di atas (
hubungan kepribadian dengan budaya ) menunjukkan bahwa adanya pengaruh biologis
terhadap pembentukan tingkah laku manusia. Selain unsur biologis, ternyata juga
dipengaruhi oleh faktor yang berbeda antara satu dengan lain. Pengakuan
pentingnya faktor – faktor biologis tersebut menghilangkan dasar – dasar
budaya. Sementara pendapat suatu karakteristik dapat mendasari dan
membatasi keragaman budaya, sedangkan pihak lain menjelaskan bahwa berbagai
perbedaan bawaan dan keragaman pengalaman individu menyulitkan pembakuan
seseorang yang diasumsikan.
Hal ini sekaligus membuka kesempatan ke arah kajian tentang kemungkinan adanya
pola – pola universal yang disalurkan,diutarakan dan dinilai berdasarkan
tradisi budaya yang berbeda. Tradisi budaya dapat memaksakan pencapaian
berbagai sasaran yang berlainan , pelampiasan. Tetapi di bawah sandi harapan
budaya ini.
E. Unsur-Unsur Kepribadian
Koentjaraningrat (1985:103-110) menjelaskan ada beberapa unsur yang
mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan
sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan
gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur
yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal
yang dialaminya melalui penerimaan pancaindera-nya serta alat penerima atau
reseptor organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna),
getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan),
tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel
tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses fisik,
fisiologi, dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran
tekanan tadi, kemudian diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan
oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi.
Seluruh proses akal yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi
disebut “persepsi”.
2. Perasaan
Perasaan adalah rasa, kesadaran batin sewaktu menghadapi mempertimbangkan
tentang sesuatu hal/pendapat. Selain
pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.
Kalau orang pada suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar
reklame minuman Green tea berwarna
yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan seolah-olah
terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas Green tea yang dingin dan penggambaran itu dihubungkan oleh akalnya dengan
penggambaran lain yang timbul kembali sebagai kenangan dalam kesadarannya,
menjadi suatu apersepsi1 tentang dirinya
sendiri yang tengah menikmati segelas Green tea dingin, manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya yang
seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya. Apersepsi
seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas Green
tea dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu perasaan yang positif,
yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air
liur.
Sebaliknya, kita dapat juga menggambarkan adanya
seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau mendengar suara yang
tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan sebagainya. Persepsi-persepsi
seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaran perasaan yang negatif, karena
dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak karena
sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa lampau. Apersepsi
tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar merasa muak apabila
kita mencium lagi bau ikan busuk.
3. Dorongan
Naluri
Dorongan naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak lahir, yang tanpa
disadari mendorong untuk berbuat sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai
perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan
karena sudah terkandung dalam organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai
naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh
beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive).
Ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.
Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi
yang juga pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan semua jenis
mampu mempertahankan hidupnya di dunia ini.
2.
Dorongan seks.
Dorongan ini timbul pada setiap individu yang normal
tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang mendorong landasan biologi yang
mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya.
Selain untuk mendapatkan keturunan, juga untuk mendapatkan status sosial.
3.
Dorongan untuk usaha mencari makan/pekerjaan.
Dorongan ini
tidak perlu dipelajari, sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk
mencari makanan , yaitu dengan mencari susu ibunya tanpa dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang adanya hal- hal tersebut, dan ini berkembang (mencari
kerja) berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta faktor lingkungan di
sekitar.
4.
Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini
memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai
makhluk sosial.
5.
Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
Hal ini
merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan diantaranya di antara
makhluk manusia, sebab adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang
memaksakan berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
6.
Dorongan untuk berbakti.
Hal ini ada
karena manusia sebagai makhluk secara kolektif, sehingga ia dapat hidup bersama
dengan manusia lain secara serasi. Dalam berbagai hal dorongan ini sering
dieksetensikan dari sesama manusia kepada kekuatan yang diangapannya berada di
luar akalnya, maka timbul religi.
7.
Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau
gerak.
Dorongan
dalam arti keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak, pada seorang bayi dorongan
itu sering tampak pada gejala tertariknya kepada bentuk – bentuk tertentu dari
benda- benda di sekitarnya, warna –warna cerah, suara yang nyaring, dan
berirama dan kepada gerak-gerak yang selaras. Sehingga dorongan naluri ini
merupakan landasan dari suatu unsur terpenting dalam kebudayaan manuai yaitu
kesenian.
E. Materi Dari Unsur-unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep
kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic
personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur
kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat.
Kepribadian dasar ada karena semua individu
warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama
pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian
bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan sample dari warga masyarakat yang
menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes
Psikologi.
Selain ciri watak umum,
seorang Individu memilki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara
adaindividu-individu dalam sample yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian
umum. Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan
dengan metode lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak seorang
individu dewasa.
Pembentukan watak dan jiwa individu banyak
dipengaruhi oleh pengalamannya di masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang
tua. Berdasarkan
konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa dengan
mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui
adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan
akibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R.
Benedict, R. Linton, dan M. Mead. Sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi
yang dinamakan personality and culture.
Seorang ahli etnopsikologi,
A.F.C. Wallace, pernah membuat suatu kerangka dimana terdaftar secara
sistematikal seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur
kepribadian manusia. Kerangka itu menyebut tiga hal yang pada tahap pertama
merupakan isi kepribadian pokok, yaitu :
1. Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta
dorongan organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri
sendiri. Sedangkan kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh
individu yang bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya,
atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
2. Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas
diri sendiri atau identitas aku, baik aspek fisik maupun psikologinya, dan
segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam
kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala
alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
3. Berbagai macam cara untuk memenuhi. Memperkuat, berhubungan, mendapatkan,
atau mempergunakan aneka warna kebutuhan dari hal tersebut di atas, sehingga
tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan. Pelaksanaan
berbagai macam cara dan jalan itu terwujud dalam aktivitas dari seorang
individu.
F. Aneka Warna Kepribadian
Koentjraningrat (1985:115) menjelaskan bahwa
Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan,
kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara
berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya
beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi,
dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan
kepribadian individu yang lain. Hal ini menyebabkan suatu tingkah laku
yang berpola yaitu kebiasaan maupun berbagai macam materi yang menyebabkan
timbulnya kepribadian , dan berbagai tingkah laku berpola dari individu –
individu tersebut.
G.
Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian menurut Jean Jacques
Rousseau berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
1.
Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir- 2 tahun)
Tahap ini didominasi oleh perasaan. Perasaan ini tidak tumbuh dengan
sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi
terhadap stimulus lingkungan.
2.
Tahap perkembangan masa kanak-kanak (umur 2-12 tahun)
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya
fungsi indra anak dalam mengadakan pengamatan.
3.
Tahap perkembangan pada masa preadolesen (umur 12- 15 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat
dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai
belajar menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
4.
Tahap perkembangan masa adolesen (umur 15- 20 tahun)
Pada masa ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas
yang kuat, di samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan
hidup serta mulai memikirkan tingkah laku yang bernilai moral.
5.
Tahap pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak
mulai dominan. Mulai dapat membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan
keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan
masyarakat. Pada masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam
menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan peranan dalam keluarga,
masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
H.
Kepribadian umum
Koentjaraningrat (1985:117) mengutip pendapat Ralp Linton menyatakan bahwa yang
mengembangkan suatu penelitian tentang kepribadian umum. Ia mencari hubungan
dengan para ahli psikologi untuk mempertajam pengertian tentang konsep – konsep
psikologi yang menyangkut kepribadian umum tersebut. Kepribadian dasar itu ada
karena semua individu dari warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan
kebudayaan yang sama selama masa tumbuhnya.
Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak
dipengaruhi oleh pengalaman ketika ia sebagai anak – anak yang diasuh orang –
orang dalam lingkungan nya seperti : bapak –ibunya, saudara-saudaranya dan
orang –orang yang ada dalam sekitarnya. Watak juga ditentukan oleh cara – cara
ia sewaktu masih kecil: diajari makan,kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul
dengan anak – anak lainnya. Oleh sebab itu setiap kebudayaan /masyarakat
mempunyai cara pengasuhan anak menunjukkan keseragaman pola –pola adat dan norma
–norma tertentu.
Penelitian pertama mengenal etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang dimulai
oleh antropolog: R. Benedit, Ralph Linton dan Margaret Mead yang dikembangkan
dalam penelitian kepribadian dan kebudayaan.
Koertjaraningrat
(1985;111-130) membedakan antara kepribadian barat dan kepribadian timur, yaitu
:
1. Kepribadian barat yaitu konsep tentang pandangan
hidup yang lebih mementingkan material,pikiran logis/rasional, hubungan sosial
berorientasi pada azas menguntungkan dan bersifat individual.
2. Kepribadian timur yaitu konsep tentang pandangan
hidup yang lebih mementingkan kerohanian, keramahan, solidaritas sosial,
kerukunan hidup bersama, spritual dan berpikir logis.
I. BEBERAPA CARA MENGELOMPOKKAN
KEPRIBADIAN
Terdapat beberrapa cara yang mungkin untuk
mengelompokkan kepribadian, salah satunya
yaitu :
1.
Orang yang saya sukai
2.
Orang yang tidak saya sukai
Cara ini jelas tidak menjurus ke jantung persoalan
karena sifatnya yang murni pribadi dan subyektif. Patut diingat oleh pembaca
bahwa tak peduli apapun yang dia laukan untuk mrningkatkan kepribadiannya, akan
selalu ada seseorang yang tidak suka kepadanya. Anda tidak dapat mencetak
kepribadian yang secara serentak/seragam menyenangkan di mata setiap orang.
Meskipun demikian, terdapat beberapa jenis kepribadian
yang hamper secara universal tidak disukai dan beberapa jenis yang dikagumi
oleh mayoritas besar manusia.
INTROVER DAN
EKSTROVER
Suatu klasifikasi yang baru-baru ini telah banyak
menerima publisitas menggolongkan orang sebagai berikut :
1.
Introver
2.
Ambiver
3.
Ekstrover
Introver
secara khas merupakan “manusia ide”manusia ide”,
ekstrover”manusia tindakan”. Ambiver merupakan campuran antara introvert dan
ekstrover. Terdapat lebih banyak ambiver dari pada ekstrover dan introver.
Introvert lebih suka sendirian, ekstrover menyukai banyak teman. Introver
tinggal dirumah dan membaca buku yang baik dan ekstrover pergi dan memamerkan
diri. Introver memiliki sedikit teman, ekstrover ingin kenal dengan setiap
orang.
Orang-orang
introver sering kali menjadi filsuf, penyiar, pemikir, penemu, ilmuwan
peneliti, matematikus, pustakawan dan penulis. Orang-orang ekstrover lebih
berpeluang untuk menjadi penjelajah, pengusaha, salesman, tenaga eksekutif, ahli
promosi, direktur personalia, mandor, humas dan actor.
KEPRIBADIAN
SIKLOID DAN SKIZOID
Orang-orang sikloid diduga memiliki siklus rasa hati.
Mereka mengalami priode berubah-rubah antara kegembiraan dan kesedihan, tak
peduli apapun lingkungsnnys. Satu minggu mereka merasa dipuncak dunia, hari
berikutnya merasa seperti sampah. Orang-orang yang schizoid adalah tipe
“menarik diri”. Mereka cenderung “menarik diri”. Mereka cenderung hidup dengan
diri mereka sendiri. Mereka sering kali merasa malu, pendiam, egoistic dan
sensitive.
KEPRIBADIAN
DOMINAN DAN SUBMISIF
Kepribadian dominan itu memimpin, kepribadian submisif
tidak. Akan tetapi kepribadian submisif mungkin saja menciptakan pengaruhnya
dalam bentuk-bentuk tidak langsung. Banyak dari kepribadian paling berpengaruh
di dunia ini, secara alas an dan kebiasaannya bersifat submitif. Guru sekolah
sebagai contoh, sering kali dikatagorikan sebagai submitif di dalam tes-tes
yang dirancang untuk mengukur dua factor tersebut (alami dan kebiasaan) di
dalam kepribadian, padahal para guru sangat berpengaruh dalam membentuk
kehidupan anak-anak didiknya.
Individu-individu yang dominan secara agak alaminya
lebih condong kepada posisi kepemimpinan. Ketika sebuah rapat terbuka diadakan
dengan tujuan mengorganisasikan satu kelompok untuk bekerja bagi peningkatan
masyarakat atau apa yang tidak, maka individu-individu yang dominanlah yang
bertindak sebagai ketua, pengelola, pimpinan panitia dan lain-lain. Orang
dominan melakukan tindakan, orang yang submisif mengiyakan saja atau sekedar
berucap “ya” dengan mengacungkan tangan.
Pilihan seseorang terhadap dunia kerjanya sebaiknya
diputuskan berdasarkan kadar sifat dominan-submisifnya. Seorang submisif
kemungkinan besar tidak akan bahagia di dalam pekerjaan yang menuntut dominan tingkat
tinggi dan begitupun sebaliknya.
KEPRIBADIAN
NORMAL DAN ABNORMAL
Kesulitan yang muncul disini terletak pada kesepakatan
terhadap defenisi “normal”. Kaang-kadang orang yang telah dikenal normal
sepanjang hidup mereka menjadi abnormal kalau berada di dalam tekanan rasa
khawatir terus-menerus, kerja berlebihan, kurang tidur, kesedihan yang
mendalam, penyakit atau kecemasan. Ada banyak yang tidak waras yang harus
menginap di rumah sakit padahal pada sebagian besar waktunya mereka tampak
normal-normal saja.
Memang terdapat ruang yang luas bagi istilah
“kenormalan”. Kadang-kadang seseorang dianggap aneh, gila atau dalam beberapa
segi abnormal sekedar karena orang-orang di sekitarnya tidak mampu memahami
atau mencerna dirinya.
SISTEM
KRETSCHMER
Seorang berkebangsaan Austria bernama Kretschmer dan tokoh-tokoh lain telah
menemukan beberapa bukti mengenai hubungan erat antara postur tubuh dan tipe
kepribadian. Kretschmer menyusun 4 tipe, dikelompokkan menurut postur tubuh :
1.
Tipe leptosome
Relatif tinggi dan langsing dengan
bobot tergolong kecil dibandingkan tinggi tubuh. Jangkung, dada kecil, tangan
dan kaki panjang.
2.
Tipe Atleltik
Pundak lebar, pinggul kecil otot
yang membentuk. Contoh, sebagian besar pegulat dan jawara tarung.
3.
Tipe Pyknik
Relatif pendek dan kekar, meskipun
tidak gemuk. Berat badan dan tinggi tubuh sebanding dan dada lebar. Orang-orang
seperti ini secara alami diduga condong kepada ekstroversi.
4.
Tipe Dysplastik
Tipe ini meliputi raksasa, cebol,
kate dan siapa saja yang tidak sesuai dengan satu atau lebih dari tiga tipe
yang pertama.
Akan tetapi Kretschmer bukanlah orang yang pertama
yang menunjukan hubungan antara perawakan tubuh dengan kepribadian. Dialog ini
muncul di dalam Julius Caesar Shakespeare, babak 1 adegan 2:
“Caesar : Biarkan aku dikelilingi oleh
orang-orang lamban, kepala plontos dan seakan-akan tidur,o’ malam Yond Cassius
dengan tatapan kosong dan lapar. Dia banyak berpikir; orang-orang begitu itu
berbahaya.
Antony : Jangan takuti dia, Caesar.
Dia tak berbahaya. Dia seorang Bangsawan Romawi yang agung dan sempurna.
Caesar : Akankah dia lebih
tambun!...”
Hubungan antara perawakan tubuh dengan tempramen ini
telah diamati oleh beberapa penulis Yunani kuno. Sangat benar kemungkinannya
bahwa hal tersebut merupakan salah satu observasi manusia paling awal terhadap
sesamanya.
J. TIGA BENTUK KLASIFIKASI
Pada abad
Sembilan belas dan awal abad dua puluh, tidak dapat dipungkiri para penulis dan
guru pengelana biasanya terpaku pada tiga bentuk klasifikasi.
Tipe Mental (menurut penganut system
tersebut) memiliki karakteristik berikut : Lebih ramping atau lebih kecil dari
pada perawakan rata-rata, tangan dan jari-jari panjang, dada panjang dan
sempir, kening menonjol, lobus otak depan besar, sisi tubuh yang “indah”. Dari
segi tempramen mereka diduga cocok sebagai pemikir, idealis dan pemimpin.
Mereka cenderung menarik diri dan hidup dengan diri mereka sendiri-kurang
bergaul secara social. Mereka relative memiliki sedikit minat pada makanan,
kesenangan tubuh dan kemewahan.
Tipe Motordigambarkan sebagai
berikut : tulang dan rangka tubuh besar, otot besar, pundak besar, dada bidang,
pinggul kecil, tangan dan kaki besar. Dari sisi kepribadian mereka diduga
bersifat agresif, konstuktif, dinamik, bersemangat, atletik. Mereka adalah para
binaragawan, pekerja keras, pengambil inisiatif.
Tipe Vital digambarkan sebagai
berikut : tulang relative kecil, tubuh besar, cenderung lebih gemuk, tangan
kecil dengan jari-jari pendek bulat, kaki kecil, berat tubuh lebih besar
dibandingkan tinggi tubuh. Dari segi tempramen mereka bersifat ceria, mudah
bergaul. Mereka merupakan orang-orang yang suka membaur dan cocok sebagai
salesman. Mereka menikmati makanan enak, pola-pola hidup yang menyenangkan dan
semua bentuk kemewahan.
Beberapa
sikap hati-hati diperlukan disini berkaitan dengan semua upaya untuk
mengelompokkan manusia di atas. Anda tidak dapat menyusun satu klasifikasi
sederhana untuk memasukkan segenap manusia kedalamnya. Makhluk manusia hamper
tidak terbatas variasinya dan tiap upaya untuk memaksa setiap orang masuk
kedalam dua atau tidak bentuk klasifikasi jelas mengada-ngada.
System-sistem
klasifikasi kepribadian ini merupakan titik pijak yang cukup menyenangkan dalam
kajian kita. Beberapa orang yang Anda kenal akan sesuai secara tepat dengan
mendeskripsi, sebagai contoh, ekstrover atau introver. Tetapi persiapkan diri
untuk mencari lebih banyak tipe-tipe campuran daripada tipe murni.
K. BEBERAPA METODE ILMIAH UNTUK
MENILAI KEPRIBADIAN
Pasal ini tidak akan komplit tanpa deskripsi mengenai
beberapa metode yang lebih dikenal sebagai tak ilmiah terhadap kepribadian
manusia.
Saya
menyebut frenologi, astrologi, palmistor, dan fisiognomi. Frenologi adalah
system penilaian manusia berdasarkan kontur(bentuk)kepala. Frenologi didasarkan
pada dua asumsi :
1. Bahwa tiap-tiap
area kecil dipermukaan otak memiliki fungsi yang unik dan terpisah, misalkan
“kedermawanan”, “harga diri”dan lain-lain dan bahwa kelebihan dari area
tertentu menunjukan keunggulan dari sifat-sifat khusus yang dikendalikan oleh
area itu.
2. Bahwa kontur
persis otak-dan dari sini berarti keunggulan dari berbagai sifat-, dapat
ditentukan secara akurat dengan merasakan sisi luar dari otaknya.
Frenologi sebaiknya dipandang sebagai babak menarik di
dalam sejarah psikologi persis sama seperti perilaku dukun yang mengaduk-aduk
kuah sayur dianggap sebagai episode aneh pada awal-awal sejarah obat-obatan.
Frenologi menyuguhkan berbagai kesenangan sebagai permainan tebak-tebakan,
tetapi jangan dianggap serius.
Astrologi
merupakan satu lembaran suatu lembaran awal, dari sejarah astronomi.
Astronomi adalah sains, astrologi adalah omong kosong.
Astrologi
mengaku mampu menyingkap pengaruh-pengaruh planet terhadap kepribadian dan
takdir manusia. Yang luar biasa mengherankan dari system ini adalah bahwa
astrologi telah membodohi begitu banyak laki-laki dan perempuan berpendidikan
pada tahun-tahun belakangan, laki-laki dan perempuan yang dengan mudah
mengenali ciri-ciri tak ilmiah frenologi, grafologi dan lain-lain.
Salah satu kesuksesan financial masa kini dari system
ini adalah bahwa praktisinya (1)mengatakan begitu banyak hal yang berbeda-beda
mengenai anda di dalam “ramalan” mereka sehingga anda menjadi bingung dan
mengingat hal-hal yang secara kebetulan cocok dengan anda dan
(2)
mengatakan banyak hal-hal menarik mengenai anda, yang ingin ada percaya dan
sebagai kosekuensinya memang anda jadi percaya.
Tentu saja anda dapat mempelajari banyak hal mengenai
seseorang dengan mengkaji tangannya. Apabila kulitnya berubah cokelat maka dia
telah terpancar matahari. Apabila telapak tangannya kapalan maka dia seorang
pekerja.
"Kecakapan
Antar Personal
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepribadian (personality) persona
yang berarti topeng Allport mengemukakan bahwa kepribadian adalah personality
is the dynamic organization within the individual of those pschopysical systems
that determine his unique adjustment to his environment.
Faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor
genetika (pembawaan) dan faktor lingkungan (environment) yang lebih tertuju
pada pengalaman.
Teori belajar humanisme,
behaviorisme, piaget dan gestal memiliki ciri khas masing-masing . Teori
belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah
mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik &
membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan
teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru
memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Teori piaget
dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Sedangkan teori gestalt Pokok
pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Implikasi perkembangan
teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut
aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran
guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf,
Syamsu.2007. Teori Kepribadian.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Fauzi,
Ahmad. 1997. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.
File://D:\andi;\bu
guru\bu guru\psikologi_kepribadian.htm
Index.php.htm
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta: 2005.
Darsono, Max, Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
2001.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara: 2007.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Rajawali press,Jakarta: 2009.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Baru. Rosda. Bandung
: 1997
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta.Jakarta:
2003.
Sobry sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Prospect. Bandung.2009.
Sumadi Suryabrata,Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers. Jakarta : 2008
0 comments