Hadits Jihad Fi Sabilillah

KATA PENGANTAR
 


           

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan  limpahan karunia  yang tidak terhingga  sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan  dengan baik selawat dan salam kepada janjungan alam nabi besar Muhammad Saw. pembawa  risalah Allah swt mengandung pedoman hidup yang terang bagi umat manusia  didunia dan diakhirat.
Makalah ini mengkaji “Hadits Jihad Fi Sabilillah”. Kami sadar bahwa penyusun makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini bermasyarakat bagi para pembaca khususnya mahasiswa. Semoga juga menjadi amal yang baik dan diterima disisi Allah SWT. Amiin.



Sigli, 20 Oktober 2014
Penulis



                                                                                          KELOMPOK III




DAFTAR ISI
  Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................         i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ........ ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang..................................................................................... ........ 1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C.     Tujuan Pembahasan....................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A.    Pengertian Jihad............................................................................................. 2
B.     Hadits Tentang Jihad..................................................................................... 2
1.      Arti Jihad................................................................................................. 2
2.      Jihad Sebagai salah Satu Amal yang Utama............................................ 4

BAB III : PENUTUP..................................................................................... ........ 8
A.    Kesimpulan........................................................................................... ........ 8
B.     Saran.............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 9








BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajaranya, alqur’an dan hadist tampak ideal dan agung. Di dalam Al-qur’an dan Hadist Allah memerintahkan berjihad untuk menegakkan syariat islam sebagaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun Allah juga memerintahkan untuk saling mengasihi dan menghormati antar umat beragama. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas hadits tentang jihad fi sabililillah yang meliputi Arti Jihad dan Jihad sebagai salah satu amal yang utama.
B.           Rumusan Masalah
1.              Apa itu jihad dalam hadis?
2.              Bagaimana hadits tentang Jihad sebagai salah satu amal yang utama ?

C.          Tujuan Pembahasan
1.              Mengetahui hadits tentang arti jihad
2.              Mengetahui hadits tentang Jihad sebagai salah satu amal yang utama
BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Jihad
Secara bahasa (lughatan–etimologis) jihad berarti jaahada-yujaahidu-jihaadan, yang mengandung pengertian melakukan sesuatu sampai merasa sulit dan saling mencurahkan usaha. Lebih jauh lagi seperti yang dikutip oleh Kahar Masyhur mengatakan bahwa Imam An-Naisaburi  menjelaskan arti kata Jihad menurut bahasa, yaitu mencurahkan segenap tenaga untuk memperoleh maksud tertentu. Menurut Zakariyah dalam Mujam Maqayis al-Lughah mengatakan bahwa kata jihad yang tersusun dari akar kata  د , ه , ج  yang berarti al-masyaqqat wa ma yuqarribuh, (kesulitan yang memiliki kedekatan makna dengannya). Bentuk dari akar kata tersebut adalah al-Jahdu,  al-majhudal-juhduberartal-taqah(kemampuan)Sementarkatal-majhud memiliki makna  al-laban al-lazi ukhrija zabdahu, (susu yang dikeluarkan inti sarinya). Susu  tersebut  sangat  sulit  dikeluarkan  kecuali  dengan  upaya  yang  sulit  dan kesungguhan. Sementara makna memiliki kedekatan dengan kata kesulitan adalah: keras dan sungguh-sungguh.[1]

B.           Hadits Tentang Jihad
1.              Arti Jihad

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرٍو عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلْمَغْنَمِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِلذِّكْرِ وَالرَّجُلُ يُقَاتِلُ لِيُرَى مَكَانُهُ فَمَنْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya : Abu Musa r.a. Berkata: seorang datang bertanya kepada Nabi saw.: Seorang yang berperang untuk mendapat ghanimah, dan ada orang yang berperang untuk nama, dan ada orang yang berperang supaya dikenal kedudukannya, yang manakah yang disebut fisabilillah itu ? Jawab Nabi saw.: Siapa yang perang untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itu fisabilillah. (Bukhari Muslim)
Hadits di atas menjelaskan tentang pengertian jihad, yaitu jihad adalah siapa saja yang berperang untuk tujuan menegakkan kalimat Allah, maka itulah yang disebut jihad fisabilillah. Perang dijalan Allah adalah bentuk jihad tertinggi untuk memenangkan agama Allah dan melaksanakan hukum-hukumNya secara total.
Rasul Saw  bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan Lâ Ilâha illa Allâh Muhammad Rasûlullâh (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Jihad tidak harus diidentik dengan perang secara lahiriyyah atau fisik, tetapi dapat berbentukperjuangan dalam diri sendiri untuk menegakkan syariat Islamiah, dan perjuangan terhadap orang lain , baik lisan , tulisan atau tindakan.[2]
Sebagaimana hadits Nabi
وَمَا اْلجِهَادُ اْلأَكْبَرُ؟ قَالَ: جِهَادُ النَّفْسِ
"Kita baru kembali dari jihad kecil menuju jihad besar." Para sahabat bertanya, "Apakah jihad besar itu." Rasul menjawab, "Jihad melawan hawa nafsu."





2.              Jihad Sebagai Salah satu Amal Yang Utama

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ اللَّيْثِيُّ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ  قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ
Artinya : Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah saw. ditanya: Siapkah yang lebih utama ? Jawab Nabi saw. Seorang mu’min yang berjuang fisabilillah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya: Kemudian siapakah ? Jawab Nabi saw: Seorang  mu’min yang tinggal di satu lembah untuk bertaqwa kepada Allah dan menjauhi orang-orang dari kejahatannya. (Bukhari Muslim).
Dalam Hadits lain Nabi Saw bersabda
أنَّ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: تَكَفَّلَ اللهُ لِمَنْ جَاهَدَ فِى سَبِيْلِهِ, لايُخْرَجُهُ اِلاَّ الجِهَادُ فِى سَبِيْلِهِ وَتَصْدِيْقُ كَلِمَاتِهِ, بِأنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ, اَوْ يَرْجِعَهُ اِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِى خَرَجَ مِنْهُ مِنْ أجْرٍ اَوْ غَنِيْمَةٍ.
Rasulullah Saw bersabda: Allah menjamin orang yang berjihad di jalan-Nya. Dia tidak pergi dari rumahnya, kecuali karena berjihad di jalan-Nya dan membenarkan kalimat-kalimat-Nya, orang itu akan dimasukkannya ke dalam surga, atau dikembalikannya ke rumah asalnya dengan membawa ganjaran atau harta rampasan perang. [3]
Dalam riwayat lain
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - سُئِلَ أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW ditanya, "Amal apakah yang paling utama?" Maka beliau menjawab, "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "haji yang mabrur."
Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah mengenai amal yang paling utama. Dalam kesempatan ini Rasulullah menjawab "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya". Jawaban inilah yang dijadikan dalil oleh Imam Bukhari untuk memberikan judul bab hadits ini: مَنْ قَالَ إِنَّ الإِيمَانَ هُوَ الْعَمَلُ (Orang yang mengatakan "Iman adalah Perbuatan"). Bahwa iman, dalam arti tashdiq (membenarkan) adalah termasuk amal (perbuatan).
Demikian pula, perkataan juga termasuk amal (perbuatan). Maksudnya, keyakinan adalah perbuatan hati, dan perkataan adalah perbuatan lisan. Karenanya pada pertanyaan berikutnya kita akan mendapati jawaban Rasulullah adalah "jihad fi sabilillah" dan "haji mabrur", padahal keduanya adalah termasuk bagian dari iman sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadits-hadits sebelumnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa iman yang dimaksud dalam hadits ini adalah tashdiq, amal hati.
قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah."
Pada pertanyaan kedua ini dipakai kata ثم (kemudian). Ini menunjukkan perbedaan dan urutan. Perbedaan maksudnya amal yang kedua tidak sama dengan amal yang pertama. Urutan maksudnya amal yang pertama lebih utama dari amal yang kedua. Jika ada yang bertanya "Bukankah digunakan ثم (kemudian) yang menunjukkan perbedaan, ini berarti jihad dan haji bukan termasuk iman, karena kalau termasuk iman tidak perlu dikatakan lagi?" Maka jawabannya adalah seperti penjelasan sebelumnya. Bahwa iman yang dimaksud dalam hadits ini adalah tashdiq, amal hati.[4]
Kita perhatikan juga, pada jawaban kedua ini Rasulullah menjawab dengan jihad dalam bentuk ma'rifat (definit, memakai "al"): الحهاد. Sedangkan pada jawaban iman dan haji digunakan bentuk nakirah (indefinit, tidak memakai "al"). Al Karmani berpendapat, itu menunjukkan iman dan haji tidak perlu diulang, sedangkan jihad itu berulang-ulang. Namun hal ini dibantah oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa itu tidak benar, penggunaan makrifat dan nakirah hanyalah penyampaian. Nakirah juga bisa menunjukkan arti ta'zhim yang berarti kesempurnaan, sedangkan makrifat menunjukkan arti al-ahdu, sesuatu yang telah diketahui.
قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
Ditanyakan lagi, "Kemudian apa?" Beliau menjawab, "haji yang mabrur."
Pada pertanyaan ketiga ini, Rasulullah menjawabnya dengan "haji yang mabrur". Haji yang mabrur adalah haji yang diterima. Haji yang tidak dicampuri dengan riya' dan perbuatan dosa. Tidak ada yang tahu apakah haji seseorang itu mabrur atau tidak, namun meningkatnya ibadah dan kebaikan seseorang setelah haji dapat dipakai sebagai salah satu indikatornya.
Hadits pertanyaan Abu Dzar Al-Ghifari ini bukanlah satu-satunya hadits mengenai "amal yang paling utama." Ada beberapa sahabat yang menanyakan pula kepada Rasulullah mengenai amal yang paling utama, namun oleh Rasulullah SAW dijawab dengan amal yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa tingkat keutamaan amal di sini tidak mutlak. Bahwa setelah iman, amal yang paling utama adalah jihad kemudian haji mabrur, sementara amal-amal yang lain berada di bawahnya. Bukan, bukan begitu. Namun Rasulullah menjawab pertanyaan beda penanya beda jawaban itu adalah berdasarkan kondisi dan kebutuhan si penanya.
Ketika Abdullah Ibnu Mas'ud bertanya dengan pertanyaan yang sama: أي العمل أفضل (amal apa yang paling utama), Rasulullah menjawab dengan mendahulukan shalat tepat pada waktunya, kemudian birrul walidain, baru jihad fi sabilillah. Hadits itu juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Sedangkan ketika Abu Amamah (dalam riwayat An-Nasa'i) bertanya hal yang sama, dijawab Rasulullah SAW dengan : "puasa".
Hadits di atas menerangkan tentang keutamaan jihad dan pergi berperang di jalan Allah, sebagaimana menerangkan, bahwa luka yang diderita di jalan Allah, pada hari kiamat kembali kambuh seperti saat terjadi di dunia berwarna merah, tetapi berbau kasturi, serta dimasukkan Allah kedalam surganya.[5]


BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Jihad adalah siapa saja yang berperang untuk tujuan menegakkan kalimat Allah, maka itulah yang disebut jihad fisabilillah. Perang dijalan Allah adalah bentuk jihad tertinggi untuk memenangkan agama Allah dan melaksanakan hukum-hukumNya secara total. keutamaan jihad dan pergi berperang di jalan Allah, sebagaimana menerangkan, bahwa luka yang diderita di jalan Allah, pada hari kiamat kembali kambuh seperti saat terjadi di dunia berwarna merah, tetapi berbau kasturi, serta dimasukkan Allah kedalam surganya

B.           Saran
Demikianlah isi pembahasan makalah kami, mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian. Oleh karena itu kritikan dan saran yang bersifat membangun jiwa sangat kami harapkan demi tercapaiya kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kami sebagai pemakalah sendiri.




DAFTAR  PUSTAKA

Kahar Masyhur, Bulugul Maram (jilid II; Jakarta: Melton Putra, 1992),
Abu al Huasain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqais al-Lughah, Jus. 1 (Bairut: Dar al Fikr, 1994)
(Al Bukhary 2: 26; Muslim 33: 28; Al Lu’lu-u wal Marjan 2: 300).
http://www.bersamadakwah.com/2011/06/hadits-26-amal-yang-paling-utama.html




[1] Kahar Masyhur, Bulugul Maram (jilid II; Jakarta: Melton Putra, 1992), h. 234.
[2] Abu al Huasain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu’jam Muqais al-Lughah, Jus. 1 (Bairut: Dar al Fikr, 1994), h.450
[3] (Al Bukhary 2: 26; Muslim 33: 28; Al Lu’lu-u wal Marjan 2: 300).
[4] Ibid,,,
[5] http://www.bersamadakwah.com/2011/06/hadits-26-amal-yang-paling-utama.html

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email