Pengertian Keluarga

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Keluarga
1.    Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Setiadi (2008) dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga” mendefinisikan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat.
Burgerss, dkk, (1965), (di kutip dari Friedman, 2003) membuat definisi keluarga yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
a.       Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.
b.      Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c.       Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
d.      Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2.    Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998, dikutip dari Setiadi, 2008) fungsi keluarga dibagi menjadi lima yaitu :
a.    Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
b.    Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c.    Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d.   Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.    Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
3.    Tugas Keluarga
Friedman (1998 dikutip dari Setiadi, 2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:
a.    Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b.    Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga.
c.    Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d.   Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga.
e.    Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit.

B.     Konsep Dukungan Keluarga
1.      Pengertian
Keluarga menurut Logan (dalam Friedman, 2003) merupakan sebuah sistem sosial dan komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Sementara itu Friedman (2003) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing–masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Friedman, 2003). Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat diperlukan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat, jenis dan sumber dukungan berbeda–beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis-jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda mendapat anak) sangat berbeda dengan dukungan sosial yang dibutuhkan ketika keluarga sudah berada dalam tahap/fase siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2003).
Menurut Gottlieb (dalam Kuncoro, 2002) dukungan keluarga merupakan komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang–orang yang dekat dengan subyek dalam lingkungan sosialnya, hal tersebut seperti kehadiran atau segala sesuatu yang dapat memberikan keuntungan emosional pada tingkah laku penerimanya.
2.      Jenis Dukungan Keluarga
Kaplan (dalam Friedman, 2003) menjelaskan bahwa Jenis-Jenis Dukungan Keluarga terdiri atas 4 (empat) macam, yaitu:
a)      Dukungan informasional
Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Secara garis besar terdiri dari aspek nasehat, usulan, petunjuk, dan pemberian informasi.
b)      Dukungan penilaian
Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik, membimbing, dan menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2003). Dukungan penilaian dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian pada anggota keluarga.
c)      Dukungan instrumental
Dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana (Friedman, 2003). Manfaat dari dukungan ini adalah mengembalikan energi atau stamina dan semangat yang menurun dan memberikan rasa perhatian dan kepedulian pada seseorang yang mengalami kesusahan atau penderitaan.

d)     Dukungan emosional
Dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan keluarga sebagai tempat aman dan damai untuk istirahat dan dapat membantu penguasaan terhadap emosi (Friedman, 2003).

C.    Konsep Gagal Ginjal Kronik
1.      Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
Menurut Brunner & Suddarth (2002), gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
 Menurut Doenges, 2000, Chronic Kidney Disease biasanya berakibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vascular (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Bertahapnya sindrom ini melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua sistem tubuh.
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung lambat sehingga tidak mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan uremia.
2.      Etiologi
Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1.      Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
2.      Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3.      Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, Stenosis arteria renalis
4.      Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif
5.      Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal
6.      Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7.      Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8.      Nefropati obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra)
3.      Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya dieskresikan ke dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia setelah dialisis.
1)      Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi yang menyebabkan terjadinya penurunan klirens substansi darah yang seharusnya diberikan oleh ginjal.
2)      Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR)
Dapat dideteksi dengan mendapatkan urine 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatin.
3)      Retensi cairan dan natrium
Ginjal juga tidak mampu mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung congestif dan hipertensi.
4)      Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolik sering dengan ketidakmampuan ginjal mengeskresikan muatan ginjal (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresi amonia (NH3) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan eskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
5)      Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoitin yang tidak adekuat, memendeknya sel darah merah, defesiensi nutrisi dan kecendrungan mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.
6)   Penyakit tulang uremik
Sering disebut osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parahormon. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urine dan adanya hipertensi. Pasien yang mengeskresikan secara signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang tidak mengalami kondisi ini, (Brunner & Suddarth, 2002).
4.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare (2002), Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :
1.      Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
2.      Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
3.      Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan liat,nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
4.      Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal.
5.      Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai kaki (foot drop).
6.      Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai.

D.    Konsep Hemodialisis
1.      Pengertian
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis. Pada dialisis, melekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir lewan membran semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi. Pada hemodialisis, membran merupakan bagian dari dialiser atau ginjal artifisial, sedang pada peritoneal dialisis, permukaan peritoneum berfungsi sebagai membran semipermeabel (Brunner & Suddarth, 2002).
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada gangguan fungsi ginjal dengan membuang kelebihan cairan dan atau akumulasi toksin endogen atau eksogen. Dialisis paling sering digunakan untuk pasien dengan penyakit ginjal akut atau kronik (tahap akhir). Dua tipe dialisis paling umum yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal (Doenges.2000).
Diperkirakan bahwa lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisi. Pasien memerlukah therapy ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia. Penderita gagal ginjal yang perlu dilakukan hemodialisis yaitu penderita gagal ginjal kronik pada tinggak berat, yang laju filtrasi glumerulus (LFG) sudah di bawah 10 ml/menit/1,73 (kreatinin plasma mencapai > 500 umol/I) (Brunner & Suddarth, 2002).
Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu  mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kwalitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani therapy dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui pencakokan yang berhasil, (Brunner & Suddarth, 2002).
2.      Aspek psikososial hemodialisis
Individu dengan hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam hidupnya. Mereka biasanya mengalami masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis, dan ketakutan terhadap kematian. Pasien-pasien yang berusia lebih muda khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka. Gaya hidup terencana berhubungan dengan terapi dialisis dan pembatasan asupan makanan serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien dan keluarganya. Dialisis merupakan perubahan gaya hidup pada keluarga, (Brunner & Suddarth, 2002).

E.     Kerangka Teoritis

Friedman, 2003
Bentuk Dukungan Keluarga:
-       Dukungan informasional
-       Dukungan penilaian
-       Dukungan instrumental
-       Dukungan emosional
                                                               
 


                                                                                                                               

Pelaksanaan Tindakan Hemodialisis
                                                                        
Brunner & Suddart, 2002 dan Doenges, 2000
-       Hemodialisis
-       Aspek Psikososial Hemodialisis
 





                                                                                                          

Skema 2.1. Kerangka Teoritis Penelitian

0 comments

SYARIAT ISLAM

KISAH NABI SULAIMAN A.S-Kisah Tauladan Para Nabi Allah KISAH NABI SULAIMAN A.S Allah s.w.t berfirman: "Dan sesungguhnya Kami...

Ikuti

Powered By Blogger

My Blog List

Translate

Subscribe via email