BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu cara
untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan bercermin pada Islam di
Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Islam di Indonesia
telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang mungkin berbeda dari tempat
asal Islam itu sendiri, Mekkah.
Sebagai agama
rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam
telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan
Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian sampai-sampai harus
menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti. Ketika beliau masih
hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara berbondong-bondong masuk
Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam kini berada di setiap
jengkal negeri di seluruh dunia.
Di Indonesia Islam
merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena itu, umat Islam perlu
bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa Islam di Indonesia dapat
menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari usaha para pendahulu kita
yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya
menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan agar pesan ini tidak
punah. Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesi
BAB II
PRMBAHASAN
A. Sejarah
Masuknya Islam di Indonesia
Pada tahun 30
H/651M, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah
Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam
yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini,
para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk
Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus
berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau
ini sambil berdakwah.
Sampai dengan abad
ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara
besar-besaran. Pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam
secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk
Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin
sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka,
Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah
campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara
seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti
halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan
damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk
ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan
lil’alamin.
Dengan masuk
Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan
Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat
dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga
semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman.
Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar
sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani
berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara,
hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan
18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh
perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan
oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda –
menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang
isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali
melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat
Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun.
Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan
akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara
orang Arab dengan pribumi.
B. Perkembangan
Islam di Indonesia
1. Babak Pertama,
Abad 7 Masehi (Abad 1 Hijriah)
Pada abad 7 M, islam
sudah sampai ke Nusantara. Para da’i yang datang ke Indonesia berasal dari
jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat
dan ada juga yang beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni
jalur sutera (jakur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir
Nusantara. Sampainya dakwah di Indonesia yakni melalui para pelaut dan pedagang
yang membawa dagangannya dan juga membawa akhlak islami dan sekaligus memperkenalkan
nilai-nilai yang islami.
Islam pertama-tama
disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas Muslim yang berada di
daerah-daerah pesisir yang terus berkembang sampai akhirnya menjadi
kerajaan-kerajaan Islam.
2. Babak Kedua,
Abad 13 Masehi
Pada abad ini
berdiri kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru Nusantara. Pada abad 13
Masehi ada fenomena yang disebut Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan
dakwah di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Wali Songo mengembangkan dakwah atau
melakukan proses Islamisasinya melalui berbagai cara dan saluran, antara lain:
a.
Perdagangan
b.
Pernikahan
c.
Pendidikan (pesantren)
d.
Seni dan Budaya
e.
Tasawuf
3. Babak Ketiga,
Masa Penjajahan Belanda
Pada abad 17 Masehi
tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke Indonesia dengan kamar
dagangnya VOC, semenjak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dijajah oleh
Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum
sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses
penyebaran dakwah terpotong.
Pada masa itu,
ketika penjajahan datang, pesantren-pesantren diubah menjadi markas-markas
perjuangan, santri-santri menjadi jundullah (pasukan Allah SWT) yang siap
melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Ulama-ulama
menggelorakan jihad melawan Belanda.
4. Babak Keempat,
Abad 20 Masehi
Awal abad 20 masehi,
penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang
sebenarnya hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakat yang dapat membantu
mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan
pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi
sebsenarnya bertujuan untuk mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari Al
Quran dan Hadits dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga
mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin dipegang lagi oleh
orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikan tidak seluruh masyarakat
melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu pemimpin-pemimpin
pergerakan adalah dari golonhan bangsawan. Strategi perlawanan terhadap
penjajah pada masa ini lebih bersifat organisasi formal daripada dengan
senjata.
5. Babak Kelima,
Pasca Kemerdekaan
Setelah Indonesia
merdeka, perkembangan islam dengan sendirinya mengalami pergeseran. Dakwah
Islam di Indonesia banyak dikembangkan oleh institusi-institusi seperti
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, dan lain-lain. Hingga sekarang dakwah
Islam lebih banyak dimainkan oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama
Muhammadiyah dan NU.
Pada masa ini juga berlangsung “pemurnian Islam” yang merupakan pengaruh dari perkembangan pemurnian Islam di Timur Tengah. Jadi pengertian Islamisasi pada ranah ini adalah usaha untuk “mengislamkan” orang Islam. Maksudnya membersihkan umat Islam dari unsur-unsur keyakinan lama yang tidak ada kaitannya dan bahkan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, berupa bid’ah, khufarat, dan tahayul.
Pada masa ini juga berlangsung “pemurnian Islam” yang merupakan pengaruh dari perkembangan pemurnian Islam di Timur Tengah. Jadi pengertian Islamisasi pada ranah ini adalah usaha untuk “mengislamkan” orang Islam. Maksudnya membersihkan umat Islam dari unsur-unsur keyakinan lama yang tidak ada kaitannya dan bahkan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, berupa bid’ah, khufarat, dan tahayul.
Usaha Muhammadiyah untuk melakukan
pemurnian agama sebagian mendapat tantangan dari NU. Ini disebabkan karena
beberapa praktek NU, seperti tahlilan, talqin. Dan mengazani orang mati
dianggap bid’ah (mengada-ada) oleh Muhammadiyah. Sampai sekarang perbedaan
pendapat masih ada. Namun, sekarang ini masing-masing pihak sudah dapat menerima
satu dengan yang lainnya.
Di era reformasi,
kekuatan-kekuatan Islam yang baru bermunculan. Ini disebabkan karena beberapa
hal:
1.
Adanya kebebasan mengemukakan pendapat
pendapat di muka umum.
2.
Jalur pendidikan Islam di luar
negeri, baik di Timur Tengah maupun negeri-negeri Barat.
3.
Krisis ekonomi yang berdampak pada
krisis-krisis lain baik dibidang sosial, pendidikan, maupun agama.
C. Karakteristik
Islam di Indonesia
1. Majemuk / Plural
Kemajemukan
merupakan ciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model
beragama dapat ditemukan di dalam Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat
bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku keberagaman umat Islam
Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri dan priyai.
Abangan merupakan
turunan dari kata abang (Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk
Islam yang tidak begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang
teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya. Santri merupakan penganut
islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang
yang belajar di pesantren.
2. Toleran
Toleransi adalah
salah satu semangat dari Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan”
antara budaya Islam dan budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham)
tidak isa dihindarkan. Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena
bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa
dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3. Moderat
Islam di Indonesia
adalah Islam yang moderat. Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan kehidupan keagamaan yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim
dan tidak liberal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah
mayoritas di negeri ini, ini berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah
cerminan religiusitas umat Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama
yang melindungi kehidupan agama dan kepercayaan lain.
4. Singkretik
Singkretisme juga
bisa dikatakan merupakan akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna
singkretik di sini maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya
lokal yang tidak bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah
ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Islam lahir dan dikembangkan di
Indonesia di bawa oleh para wali songo.
2.
Perkembangan Islam di Indonesia
melalui proses babakan yang sangat panjang, mulai dari sebelum Indonesia
merdeka hingga pasca kemerdekaan Indonesia.
3.
Model-model pemahaman Islam di
Indonesia menambah keragaman Islam di Indonesia, seperti organisasi-organisasi
Islam yaitu NU, Muhammadiyah, Persis dll.
4.
Karakteristik Islam di
Indonesia yaitu, Majemuk/plural, toleran, moderat dan singkretik.
5.
Umat Islam berperan dalam
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik dari masa penjajahan
hingga masa pembangunan.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, agar penulis dapat memperbaiki pembuatan
makalah di waktu yang akan datan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jazirahislam.com/158/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.htm
http://omarblega.wordpress.com/2010/06/17/sejarah-masuknya-islam-di-di-indonesia/
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
http://omarblega.wordpress.com/2010/06/17/sejarah-masuknya-islam-di-di-indonesia/
Suroso, Asih, dkk, Modul Siswa: Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XII Semester 1, Surakarta, PT Widya Duta Grafika
Tim Dosen PAI Universitas Jambi,
2011, Pendidikan Agama Islam: Buku Daras untuk Mahasiswa Universitas Jambi,
Jambi, Gaung Persada Press.
0 comments