BAB
IV
HASIL-HASIL PENELITIAN
A. Deskriptif Lokasi penelitian
1.
Sejarah Madrasah
MTsN Batee merupakan
salah satu Lembaga Pendidikan Agama yang bernaung di bawah Kemenag. Sebelum MTsN Batee dinegerikan,
MTsN Batee berstatus
swasta sebagai MTsS Batee.
MTsN
Batee ketika masih berstatus swasta
didirikan pada tahun 1985. Awalnya MTsN Batee dirintis oleh Abdullah Daud yang menjabat sebagai kepala madrasah, dan
Abdurrasyid menjabat
sebagai wakil madrasah. Pada tanggal 12 Maret
1996 MTsS Batee diusulkan menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) atas prakarsa
dan kerja sama antara panitia
MTsS Batee Bapak Abdullah Ahmad B.A.
Selama pendirian MTsN
Batee telah dijabat oleh 8 (delapan) orang kepala yaitu : Bapak Drs. Abdullah
Ahmad (1985-2000), Bapak Drs Abdurrasyid (2000-2001), Bapak Drs. Zaman Huri
Idris (2001-2007), Ibu
Dra. Hj. Hasnidar (2007 - 2008), Bapak
Drs. Muhammad (2008 - 2012), Bapak
Gupron S.Ag. (2012 - 2013), Bapak
Drs. Mufizar (2013 - 2014) dan Bapak
Aiyub S.Ag (2014 – sekarang).
MTsN Batee didirikan di
atas lahan seluas 5.112.25 M2
dengan status pembelian dari masyarakat atas nama Abubakar Abdullah pada
tahun 1986 dengan harga Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).
Saat ini MTsN Batee telah
mengalami peningkatan,
baik dari sarana, tenaga pengajaran dan
dari segi kualitas siswa yang dihasilkan. Adapun batas-batas madrasah ini adalah sebagai berikut:
-Sebelah Utara berbatasan dengan kebun masyarakat
-Sebelah Selatan berbatasan dengan sawah
-Sebelah Barat berbatasan dengan kebun masyarakat
-Sebelah Timur berbatasan dengan Kapolsek Kecamatan Pidie.[1]
- Keadaan
Guru
Guru
merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran guna membangkitkan minat dan kreativitas siswa sekaligus dapat
membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik menurut tingkat keberhasilan
yang mereka peroleh dalam pembelajaran. Adapun jumlah guru yang mengajar pada
MTsN Batee sesuai dengan jenjang pendidikan, dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 4.1 Keadaan guru MTsN Batee Tahun Ajaran 2014/2015
|
No.
Nama
Jabatan
Pendidikan Bidang
Studi
|
|
1 Aiyub, S.Ag Kamad S1 PAI PAI
2 Drs. Agusmar Wakil S1 Syariah B. Arab
3 Wardah, S.Ag GT S1 IPA
Biologi
4 Nurhayati, S.Ag
GT S1 IPS IPS
5 Suryani, S.Ag GT S1 B. Inggris B.Inggris
6 Mala Intan,
S.Pd.I GT S1 PAI B.Indonesia
7 Muzakkir, S.Ag GT S1 IPA PKN
8 Nursakdah, S.Ag GT S1 B.Arab B.Arab
9 Yanti, S.Ag GT S1 Syariah Fiqih
10 M. Junaidi,
S.Pd.I
GT S1 Syariah
A.
Akhlak
11 Samsul Bahri, S.Pd.I
GT S1 B.Arab
B.Arab
12 Ratna Sari,
S.Pd.I
GT S1 PAI SKI
13
Darmawati,
S,Pd GT S1 Matematika Matematika
14 Fatarani,
S.Pd GTT S1 Kimia Fisika
15 Herawati, S.Pd GTT S1 Matematika
Matematika
16 Yulita, S.Pd.I GTT S1 PAI SKI
17 Taufik, S.Pd GTT S1 Fisika TIK
18 Sakdiah, S.Pd GTT S1Matematika
Matematika
19 Marianti,
S.Pd GTT S1 B.Inggris B.Inggris
20 Nurlaila,
S.Pd.I GTT S1 PAI
Mulok
21 Maulina,
S.Pd GTT S1 Fisika B.Indonesia
22 Masudin,
S.Pd GTT S1 Matematika Matematika
23 Rosmiyati,
S.Pd.I
GTT S1 PAI Q. Hadits
24 Aisyah,
S.Pd
GTT S1 B.Indonesia
B.Indonesia
25 Syamsidar,
S.Pd.I
GTT S1 PAI Q. Hadits
26 Ardi, S.Pd GTT S1 Penjas
Penjaskes
27 Fauzan, S.Pd GTT S1 B.Inggris B.Inggris
|
Sumber Data: Dokumentasi MTsN Batee Tahun 2014/2015
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa guru MTsN Batee yang berstatus sebagai guru tetap berjumlah 12
orang, selebihnya masih berstatus sebagai guru tidak tetap. Guru di MTsN
semuanya telah menyandang gelar S1 sehingga telah memiliki kompetensi yang
mapan dalam proses pembelajaran.
- Keadaan Siswa
Keadaan siswa MTsN Batee pada tahun
ajaran 2014/2015 berjumlah 311 siswa dengan perincian 138 laik-laki dan 173
perempuan. Semua siswa tersebut dialokasikan dalam ke dalam 9 ruang kelas.”[2]
Untuk lebih jelasnya tentang keadaan siswa pada MTsN Batee dapat kita lihat
pada tabel keadaan siswa berikut ini:
Tabel 4.2 Keadaan Siswa pada MTsN Batee Tahun Ajaran
2014/2015
|
Kelas
Jumlah Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
|
|
VII 3 44 60 104
VIII 3 51 49 100
IX 3 43 64 107
|
|
Jumlah 9 138 173 311
|
Sumber Data : Dokumentasi MTsN Batee Tahun 2014/2015
Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa pada MTsN Batee berjumlah 311 orang
yang terdiri dari kelas I berjumlah 104 orang, 44 laki-laki dan 60 orang
perempuan, kelas II berjumlah 100 orang, 51 dan 49 perempuan, sedangkan kelas
III berjumlah 107 orang, 43 laki-laki dan 64 perempuan.
- Keadaan
Sarana dan Prasarana
Sarana
dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menunjang
aktivitas pembelajaran. Karena dengan adanya sarana yang memadai maka proses
belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan siswa akan memperoleh hasil
belajar yang memuaskan.
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana di MTsN Batee Tahun Ajaran
2014/2015
|
No. Jenis sarana
Jumlah Keadaan
|
|
1. Kantor
kepala
1
Baik
2. Ruang
guru
1
Baik
3. Ruang
belajar
9
Baik
4. Ruang
perpustakaan 1 Baik
5. Ruang
TU
1
Baik
6. Lapangan
Volly 1 Baik
7. Ruang computer 1 Baik
8. WC
Guru
2
Baik
9. WC
murid
2 Baik
10. Mesin sanyo
1
Baik
11. Gudang
1
Baik
12. Laboratorium
bahasa 1 Baik
13. TV
1
Baik
14. Computer
TU
3 Baik
15. TIP
rekorder
2
Baik
16. Tempat
air/gallon tekan 1 Baik
17. Mic/ampli
1
Baik
18. Kursi
plastik hijau 15 Baik
19. Kursi
nekel putaran 3 Baik
20. Globe
1
Baik
21. Mesin
ketik
1
Baik
23. Filing 2 Baik
24. Meja
27
Baik
25. Kursi 50 Baik
26. Computer
siswa 4 Baik
27. Printer
2
Baik
28. Computer
3
Baik
29. Proyektor
2
Baik
30. Sound 1 Baik
|
Sumber Data : Dokumentasi MTsN Batee Tahun 2014/2015
Berdasarkan
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik gedung sekolah cukup baik dan
fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar dan administrasi
sekolah sudah cukup memadai, dan segi lingkungannya juga sudah mendukung untuk
menyelenggarakan suatu kegiatan/aktivitas pendidikan.
- Kurikulum
di MTsN Batee
Kurikulum
merupakan salah satu penunjuk arah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Oleh
karena itu, kurikulum harus mampu membentuk karakter siswa ke arah yang lebih
baik. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa “kurikulum yang digunakan
adalah kurikulum 2013 atau yang disebut dengan kurikulum berkarakter”.[3]
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dikatakan
bahwa dalam proses belajar mengajar guru MTsN Batee sudah mulai menerapkan
kurikulum 2013 atau kurikulum berkarakter. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar SKI menggunakan
kurikulum 2013 atau kurikulum berkarakter.
Proses
belajar mengajar di MTsN Batee berlangsung dengan lancar dengan jadwal yang
telah ditentukan. Untuk memulai kegiatan belajar mengajar pada jam 08:00 siswa
diwajibkan sudah berada di dalam ruang kelas, sedangkan berakhirnya proses
belajar mengajar pada jam 01:30.
B. Penerapan Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI di
MTsN Batee
Dalam proses
pembelajaran sangat membutuhkan metode yang akan digunakan dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Metode adalah suatu cara atau alat yang digunakan guru
dalam menyampaikan materi, sehingga metode yang digunakan harus mampu
menjadikan proses belajar mengajar berjalan lancar. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala Madrasah MTsN Batee bahwa “Guru SKI pernah menerapkan metode
diskusi dalam pembelajaran”.[4]
Begitu pula hasil wawancara dengan salah seorang guru SKI di MTsN Batee
diketahui bahwa “Guru MTsN Batee pernah menerapkan metode diskusi untuk
membangkitkan minat dan semangat siswa dalam belajar”.[5]
Selanjutnya
untuk mengetahui pernah atau tidaknya guru menggunakan metode diskusi dalam
belajar, maka dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.4 Pernah tidaknya guru SKI menerapkan metode
diskusi
|
No.
Alternatif Jawaban F %
|
|
a. Pernah
28 90,32
b. Tidak Pernah - -
c. Kadang-kadang 3 9,67
d. .........
-
-
|
|
Jumlah
31 100
|
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa siswa yang mengatakan guru pernah menerapkan metode diskusi
dalam pembelajaran SKI di MTsN Batee sebanyak 90,32 % atau 28 siswa, tidak ada seorang pun responden yang menjawab
tidak pernah dan yang mengatakan kadang-kadang hanya 9,7% atau 3 siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru dan jawaban dari responden, dapat penulis simpulkan bahwa guru bidang
studi di MTsN Batee pernah menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI.
Hal ini disebabkan karena dengan menerapkan metode tersebut, maka akan dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar.
Mengenai lancar atau tidaknya
penerapan suatu metode dalam pembelajaran sangat bergantung kepada guru, begitu
pula penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan salah seorang guru bidang studi bahwa ”Diskusinya kurang
lancar, dikarenakan ada sebagian yang siswa kurang berani dalam mengemukakan
pendapat mereka, padahal mereka memahami apa yang ingin mereka katakan,
sehingga di sinilah terdapat kelemahannya”.[6]
Senada dengan penjelasan di atas,
maka dapat kita lihat kelanjutannya pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Lancar
atau tidaknya penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI
|
No. Alternatif Jawaban F %
|
|
a. Lancar
14 45
b. Tidak lancar
- -
c. Kurang lancar 17 55
d. ...................
- -
|
|
Jumlah 31 100
|
Dari variasi jawaban yang terdapat
pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa ada 14 siswa yang memberikan jawaban
lancar atau sebanyak 45%, tidak ada responden yang menjawab tidak lancar, sedangkan
yang menjawab kurang lancar 17 orang siswa atau sebanyak 55%.
Dari uraian di atas dapat penulis
simpulkan bahwa siswa yang menjawab kurang lancar mendominasi dibandingkan
dengan siswa yang memberikan jawaban yang lain. Hal ini disebabkan karena
kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat mereka.
Untuk menerapkan metode dalam
pembelajaran perlu adanya langkah-langkah tersendiri agar proses belajar
mengajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala Madrasah bahwa “Guru SKI menempuh beberapa langkah dalam
menerapkan metode diskusi, seperti membentuk kelompok, memberi kesempatan
bertanya, menjawab dan memberikan tanggapan dengan bimbingan guru yang
bersangkutan”.[7]
Begitu pula hasil wawancara penulis dengan salah seorang guru SKI mengatakan bahwa ”langkah-langkah yang ditempuh dalam
menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI adalah membentuk kelompok
kecil dengan memilih anggota secara acak, memberi kesempatan bertanya, menjawab
dan memberi tanggapan secara bergilir dengan teknik melempar bola kertas”.[8]
Berdasarkan hasil wawancara di atas
bahwa dalam menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI dengan guru
menggunakan langkah-langkah yang dapat menunjang keberhasilan dalam diskusi.
Seperti membentuk kelompok kecil dengan memilih anggota secara acak, memberi
kesempatan bertanya, menjawab dan memberi tanggapan secara bergilir dengan
teknik melempar bola kertas.
Sejalan dengan penjelasan di atas
maka dapat kita lihat pada tabel di bawah ini mengenai langkah-langkah yang
ditempuh guru dalam menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI.
Tabel 4.6 Langkah-langkah
yang digunakan guru dalam penerapan metode diskusi
|
No. Alternatif Jawaban F %
|
|
a. Membentuk kelompok 21 67,7
b. Memberi tanggapan 7 22,6
c. Menyimpulkan materi 3 9,7
d. .................
- -
|
|
Jumlah 31 100
|
Berdasarkan
tabel di atas bahwa langkah-langkah yang diterapkan guru dalam penerapan metode
diskusi kita lihat dari persentase siswa yang menyatakan membentuk kelompok
sebanyak 67,7% atau 21 orang, siswa yang mengatakan memberi tanggapan 22,6%
atau 7 orang, sedangkan siswa yang menjawab menyimpulkan materi hanya 9,7% atau
3 orang.
Dapat
disimpulkan bahwa langkah awal dalam menerapkan metode diskusi adalah membentuk
kelompok. Langkah tersebut merupakan hal yang dominan dilakukan guru agar
metode diskusi dapat berjalan dengan baik di dalam kelas. Adapun tiap kelompok
yang dibentuk harus otoritas guru yaitu memilih siswa secara acak, dalam arti
bukan siswa yang memilih rekan diskusinya, melainkan guru yang bersangkutan.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa setiap menerapkan metode dalam pembelajaran, tentu
adanya kendala-kendala tersendiri, tidak terkecuali dengan penerapan metode
diskusi dalam pembelajaran SKI. Hal ini terjadi karena proses penyesuaian
metode dengan kondisi siswa yang masih belum begitu mengerti tentang jalannya
metode diskusi, maka di sinilah tugas bagi seorang guru untuk menjelaskan
kepada siswa tentang materi yang bersangkutan dengan cara berdiskusi, supaya siswa benar-benar memahami
tentang materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan guru bidang studi SKI, bahwa “Adanya kendala-kendala dalam menerapkan
metode diskusi, seperti kurangnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
mereka, minat siswa kurang karena sebahagian dari mereka lebih suka menulis.
Hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi siswa dengan guru, sehingga
interaksi dalam pembelajaran hanya dikuasai oleh sebahagian siswa yang pandai
berbicara.[9]
Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai ada tidaknya kendala yang dialami guru dalam menerapkan metode diskusi
dalam pembelajaran SKI dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Kendala
yang dialami guru SKI dalam menerapkan metode diskusi
|
No. Alternatif
Jawaban
F %
|
|
a. Ada
14
45,5
b. Tidak
ada
10 32
c.
Kadang-kadang 7
22,5
d.
............... -
-
|
|
Jumlah
31 100
|
Tabel di
atas memperlihatkan tentang kendala yang dialami guru SKI dalam menerapkan
metode diskusi. Adapun responden yang menjawab ada sebesar 45,5% atau 14 orang
siswa, yang menjawab tidak ada sebanyak 32% atau 10 orang siswa, sadangkan yang
menjawab kadang-kadang hanya 7 orang siswa atau 22,5% saja. Dapat disimpulkan
bahwa adanya kendala yang dialami guru saat menarapkan metode diskusi dalam
pembelajaran SKI.
Setiap
adanya kendala yang timbul dalam proses pembelajaran tentu ada-
nya upaya yang ditempuh guru untuk meminimalisirkan
gangguan-gangguan saat metode diskusi diterapkan dalam pembelajaran SKI.
Menurut hasil wawancara penulis dengan guru yang bersangkutan “Upaya yang dapat
ditempuh adalah membimbing dan mengarahkan secara khusus terhadap siswa yang
mengalami kesulitan mengemukakan pendapatnya, ataupun siswa yang kurang
keberaniannya dalam memberi tanggapan”[10].
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Upaya yang ditempuh guru untuk mengatasi
kendala yang timbul
|
No.
Alternatif Jawaban F
%
|
|
a.
Membimbing siswa 25
80,6
b.
Memotivasi siswa 6
19,4
c. Memberi
hukuman
-
-
d.
................ -
-
|
|
Jumlah
31
100
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa 80,6% responden atau sebanyak 25 orang
siswa menjawab membimbing siswa dan 19,4% responden atau 6 orang siswa menjawab
memotivasi siswa, sedangkan yang menjawab memberi hukuman tidak ada.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru bidang studi SKI menempuh beberapa upaya,
agar semua siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah dan di antara upaya yang
paling dominan ditempuh guru adalah dengan cara membimbing siswa.
C. Pengaruh Penerapan Metode Diskusi terhadap
Hasil Belajar Siswa di MTsN Batee
Untuk
menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan kondusif, guru harus menerapkan
berbagai metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan mengamati kondisi
siswa terlebih dahulu agar memungkinkan untuk menerapkan suatu metode,
khususnya metode diskusi dalam pembelajaran SKI. Hal ini sangat bergantung
kepada kompetensi guru dalam menguasai beragam metode supaya mudah diterapkan
dalam pembelajaran dan dapat diserap oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi, bahwa “Dari sekian banyak
metode yang diterapkan dalam pembelajaran SKI, metode diskusi yang paling
disenangi siswa, karena ketika memberi kesempatan bertanya dan menjawab dengan teknik
menukar kartu antar kelompok. Jadi dengan cara demikian minat siswa dalam
belajar semakin meningkat”.[11]
Untuk membuktikannya lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Metode yang paling disenangi siswa
|
No. Alternatif
Jawaban F
%
|
|
a. Diskusi 23
74,1
b. Ceramah 6
19,4
c.
Sosiodrama 2
6,5
d. ................ -
-
|
|
Jumlah 31
100
|
Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab senang dengan
metode diskusi sebanyak 74,1% atau 23 orang siswa. Responden yang senang dengan
metode ceramah sebanyak 19,4% atau 6 orang siswa, sedangkan responden yang
menjawab sosiodrama hanya 6,5% atau 2 orang siswa. Dapat disimpulkan bahwa
metode yang paling disenangi siswa dalam pembelajaran SKI adalah metode
diskusi.
Setiap
metode yang diterapkan tentu membawa dampak atau pengaruh terhadap siswa dalam
pembelajaran, salah satunya dalam penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
SKI. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala Madrasah bahwa
“Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI memiliki pengaruh yang sangat
baik terhadap hasil belajar siswa”.[12]
“Adanya pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar siswa, sehingga hasil
belajar mereka meningkatkan dibanding dengan yang sebelumnya.”[13]
Selanjutnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Pengaruh metode diskusi terhadap hasil belajar
siswa
|
No.
Alternatif Jawaban
F
%
|
|
a. Materinya mudah dipahami 22 71
b. Menimbulkan
minat belajar 6 19
c. Membangkitkan
motivasi belajar 3 10
d.
.................. - -
|
|
Jumlah 31 100
|
Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa persentase responden yang menjawab materinya mudah dipahami sebanyak 71%
atau 22 orang siswa, yang menjawab menimbulkan minat belajar 19% atau 6 orang
siswa dan yang memberi jawaban membangkitkan motivasi belajar hanya 10% atau 3
orang siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan terhadap penerapan metode diskusi dalam pembelajaran
SKI, yaitu materinya mudah dipahami sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Di antara tujuan guru menerapkan
metode dalam pembelajaran adalah untuk menunjang keaktifan siswa dalam
pembelajaran, begitu pula dengan metode diskusi yang diterapkan dalam
pembelajaran SKI. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi
“Ketika menerapkan metode diskusi dalam pembelajaran SKI ada siswa yang aktif
dan ada pula yang tidak aktif, dikarenakan
kurangnya kemampuan verbal dan keberanian siswa dalam
mengemukakan pendapat mereka”.[14]
Untuk lebih jelas dapat kita buktikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Aktif tidaknya siswa dalam penerapan metode
diskusi
|
No.
Alternatif Jawaban F %
|
|
a.
Aktif 19 61
b. Tidak
aktif
8
26
c.
Kadang-kadang 4
13
d.
................
-
-
|
|
Jumlah 31 100
|
Dari
tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah siswa yang menjawab aktif sebanyak
61% atau 19 orang siswa, yang menjawab tidak aktif 26% atau 8 orang siswa dan
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 13% atau 4 orang siswa. Jadi dapat
disimpulkan di sini sebagian besar siswa aktif ketika guru menerapkan metode
diskusi dalam pembelajaran SKI.
Agar
terciptanya suasana belajar yang efektif, tentu adanya hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh guru yang bersangkutan dalam penerapan metode, seperti halnya
memberikan berbagai macam motivasi supaya minat belajar siswa meningkat dan
proses pembelajaran tidak membosankan. Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan guru bidang studi bahwa “ Setiap kali belajar selalu di berikan berbagai
macam motivasi, jika tidak siswa akan merasa bosan dan merasa tidak senang
dengan materi yang sedang dipelajari”.[15]
Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut dapat kita simak pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12 Ada tidaknya guru memberikan motivasi terhadap
siswa
|
No. Alternatif
Jawaban F %
|
|
a. Ada
26 84
b. Tidak ada
-
-
c. Kadang-kadang 5 16
d.
...................
-
-
|
|
Jumlah 31 100
|
Berdasarkan
opsi jawaban yang terdapat pada tabel di atas, maka dapat kita lihat bahwa jumlah
yang menjawab ada sebanyak 84% atau sebanyak 26 siswa, tidak ada seorang pun
responden yang menjawab tidak ada dan yang menjawab kadang-kadang hanya 16%
atau sebanyak 5 orang siswa.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang memberikan jawaban ada
lebih mendominasi dari pada siswa yang memberikan jawaban yang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya motivasi yang diberikan guru kepada siswa setiap kali
terjadinya proses pembelajaran.
Di
samping menerapkan metode dalam pembelajaran, seorang guru juga sangat berperan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu guru SKI bahwa “Penerapan metode diskusi dalam pembelajaran SKI
dapat memudahkan siswa memahami materi dengan baik dan dapat meningkatkan hasil
belajar mereka”.[16]
Untuk
mengetahui meningkatnya hasil belajar SKI melalui penerapan metode diskusi
dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Meningkat tidaknya hasil belajar siswa melalui
metode diskusi
|
No. Alternatif
Jawaban
F %
|
|
a.
Meningkat
28 90
b. Tidak
meningkat
- -
c. Sangat meningkat 3 10
d.
................... -
-
|
|
Jumlah
31 100
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat kita ketahui bahwa penerapan metode diskusi dalam
pembelajaran SKI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti
dengan jawaban responden yang menjawab meningkat sebanyak 90% atau 28 orang
siswa, tidak ada seorang pun responden yang menjawab tidak meningkat dan yang
menjawab sangat meningkat sebanyak 10% atau 3 orang siswa.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang menjawab meningkat
hasil belajarnya lebih mendominasi dibandingkan yang memberi jawaban lainnya.
Hal ini disebabkan karena guru berupaya sebaik mungkin agar siswa mudah dalam
memahami materi sehingga hasil belajar siswa meningkat.
D. Analisis Data
dan Pembuktian Hipotesis
- Analisis data
Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, maka
penulis akan menganalisa data tersebut. Data di lapangan terdiri dari hasil
wawancara, observasi dan angket, semua data tersebut dikumpulkan. Data
observasi dan angket, setelah disimpulkan lalu ditabulasi. Dari hasil tabulasi
tersebut dapat diketahui persentase untuk masing-masing item jawaban yang
dipilih oleh responden.
Kemudian
semua bentuk data tersebut dikumpulkan, sehingga dapat diambil kesimpulannya,
kesimpulan inilah yang ditulis kembali dengan hipotesis yang dirumuskan dalam
bab I di atas, sehingga menyebabkan adanya hipotesis yang kemungkinan dapat
diterima dan kemungkinan pula harus ditolak.
Berdasarkan
hasil wawancara bahwa guru bidang studi SKI di MTsN Batee pernah menerapkan
metode diskusi tetapi masih terdapat kendala-kendala tertentu. Hal ini sesuai dengan
tabel 4.6, dan penerapan metode ini juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari
pengolahan data angket dapat disimpulkan bahwa metode diskusi pernah diterapkan
guru, namun penerapannya masih terdapat kendala-kendala akan tetapi guru
melakukan beberapa upaya agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pembuktian
hipotesis
Setelah
melakukan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan untuk menentukan diterima
atau ditolaknya hipotesis yang pernah dikemukakan pada bab pendahuluan
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mari meninjau kembali hipotesis tersebut:
- Hipotesis
Pertama
Hipotesis
pertama yang berbunyi “Guru telah menerapkan metode diskusi dalam Pembelajaran SKI tetapi belum berjalan
secara optimal disebabkan kurangnya motivasi guru dan siswa.” Hipotesis ini ditolak
kebenarannya karena menurut hasil penelitian guru selalu memberikan
motivasi kepada siswa dan ini terbukti pada tabel 4.4, 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8
- Hipotesis
Kedua
Hipotesis kedua yang berbunyi ”Salah satu yang menyebabkan hasil belajar
siswa rendah adalah ketidak mampuan guru dalam menerapkan metode diskusi dengan
baik.” hipotesis ini tertolak kebenarannya karena ketika adanya kendala
yang timbul dalam penerapan metode tersebut guru menempuh beberapa upaya atau
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan terbukti pada tabel 4.9,
4.10, 4.11, 4.12, dan 4.13.

0 comments